Bagas didudukkan tepat disebelah Nugie. Bagas menatap Nugie yang dalam keadaan kurang sadar dan terkulai lemas. Ada sedikit memar di kepalanya dan tangannya. Bagas pun takut ia mengalami apa yang Nugie alami. Bagas dan Nugie berada di suatu ruangan yang begitu pengap dan gelap. Hanya lampu pijar kecil yang menerangi mereka. Kedua penculik itu sedang asyik bermain kartu di depan Bagas dan Nugie.
Terdengar suara orang berjalan dan membuka pintu ruangan itu. Ada seorang wanita memakai masker berjalan ke arah mereka. Seorang wanita muncul membawa makanan untuk para penculik itu. “Siapa dia?” tanya wanita itu pada kedua penculik itu sambil membuka maskernya. “Penyusup. Dia diam-diam datang ke rumah ini. Kami sudah memeriksanya tapi tidak ada barang yang mencurigakan,” jelas kedua penculik itu. “Kalian yakin dia bersih?” tanya lagi wanita itu. “Kami yakin.”
“Oh iya, ini bayaran kalian! Jaga mereka jangan sampai kabur!” kata wanita itu yang ternyata ia adalah otak dari penculikan ini.
Bagas sudah mulai lemas tapi ia masik sedikit sabar. Dalam hatinya ia berkata, “Siapa wanita itu?” Ia berusaha mencoba melihat siapa wanita itu. “Hey, Adik kecil? Kenapa kamu yang ada disini? Kamu mau nolongin Nugie, ya? Sayang sekali, kamu malah terjebak seperti Nugie!” wanita itu berbicara tepat di depan wajah Bagas. Mata Bagas terbuka, ia mengenali wanita itu, “Ini kan, Kak Nindy, Kakaknya Nugie!”
Sedari tadi kepala Bagas terkulai lemas tapi, setelah ia menyadari bahwa Kakaknya Nugie adalah otak dari penculikan ini, ia membuka matanya dengan lebar dan duduk tegak. “Kenapa? Kaget?” tanya Nindy pada Bagas. Bagas hanya bisa menatap wajah Nindy dan berbicara dalam hati, “Kenapa ia tega melakukan ini pada Adiknya sendiri?"
“Gara-gara Adikku yang malang ini,” sambil mengelus-elus rambut Nugie ia terus berbicara. “Aku jadi orang terbuang di rumah itu. Aku diasingkan dan tidak diangggap. Padahal aku lah yang membuat Nugie bisa ada di sini dan selain itu aku juga ingin memberi pelajaran pada orang tua angkatku bahwa aku bukanlah orang pendiam yang mereka sangka selama ini,” kata Nindy yang ternyata motif ini semua karena sakit hati.
“Si Diki masih berusaha nyari kalian, loh!” Nindy memberi tahu kedua penculik itu. “Kau tahu Nugie? Selama ini Papamu masih mencari orang-orang ini,” kata Nindy sambil menunjuk ke arah dua orang laki-laki itu.