“Pah, malam minggu sekarang, kita BBQ yuk!” ajak Bagas ketika mereka semua sedang merapikan meja setelah selesai makan. “Eh tapi, kalo Papa sama Mama enggak sibuk,” tambah Bagas.
“Kita liat nanti ya! Papa enggak janji ya!” jawab Papa halus sambil merangkul Bagas. “Ok deh Pah!” jawab Bagas. Seperti biasa, tidak ada raut kecewa di wajah Bagas.
Malam itu, Jessy dan Bagas tidak melanjutkan main PS di atas. Mereka berdua memutuskan untuk kembali ke kamar kami masing- masing. Jessy membuka laptopnya dan mencari film yang kira-kira cocok untuk ditonton untuk menemaninya tidur.
Di kamar sebelah , Bagas pun bersiap untuk tidur. Dia sudah berbaring tapi tiba-tiba ia teringat sesuatu. Dia ingat bahwa dia belum mempersiapkan buku- buku yang akan dia bawa ke sekolah besok. Dia bangun dari tempat tidur dan berjalan menuju meja belajarnya. Ketika dia sedang menyusun buku-bukunya, dia menyadari bahwa tas sekolahnya ada di rooftop.
Bagas keluar dari kamar menuju rooftop. Malam itu jam sudah menunjukkan pukul 23.30 malam. Dia berjalan menaiki tangga dan membuka pintu masuk rooftop. Angin bertiup kencang ketika Bagas membuka pintu. Semakin malam angin semakin dingin. “Ya Allah dingin banget,” gumam Bagas kedinginan. Dia membuka pintu ruangan yang ada di rooftop dan segera mengambil tasnya. Ketika ingin keluar ruangan itu, Bagas terlihat penasaran dan mengintip sebentar keluar jendela. Dia ingin melihat suasana tengah malam komplek dari atas.
“Tumben, sepi amat,”kata Bagas berbisik. Pandangan Bagas beralih ke arah rumah di ujung pintu masuk komplek. “Kok rumah itu lampunya nyala sih? Kan rumah itu kosong?” gumamnya heran. “Eh tunggu kok ada orangnya?” tanyanya lagi. Bagas mengambil teropong Binocular untuk memastikan itu apakah benar-benar ada orang di rumah itu. “Wah, bener ada orangnya! Siapa ya mereka?” ia bertanya-tanya lagi pada dirinya sendiri. Dia berpikir sejenak mempertanyakan siapa orang-orang yang ada di rumah kosong itu. Rumah itu sudah kosong beberapa tahun ke belakang.