Handphone Jessy bergetar, sepertinya ada telepon masuk. Bagas menelepon Jessy, “Kak, hari ini aku pulang sore ya! Aku ada kerja kelompok sama ada les. Ok bye!” singkat dari Bagas. Jessy bahkan tidak diberi kesempatan untuk berbicara sedikit pun.
Setelah tadi pagi membantu Mbak Susi dan Mbak Ina membersihkan rumah, siang ini Jessy ingin menghabiskan waktuku di rooftop. “Mbak Susi, kalo makan siang udah siap, maaf tolong anterin ke atas ya!” kata Jessy pada pada Mbak Susi.
Siang ini, Jessy akan membuat beberapa design baju untuk ia jual nanti. Dia berencana ingin membuat toko baju online. Selama liburan ini, Jessy akan mencicil beberapa design baju kemudian selanjutnya akan langsung di produksi di pabrik konveksi di luar kota. Jessy bekerja sama dengan sepupunya yang tinggal di sebelah rumahnya untuk membuat toko baju online ini.
“Halo Panji! Lu udah PO kain buat produksi kita yang pertama belom?” tanya Jessy pada Panji perihal perkembangan produksi. Panji lebih muda dua tahun dari Jessy dan mereka kuliah di kampus yang sama.
“Gue udah PO dari seminggu yang lalu. Kain yang kita pesen itu udah 90% . kemungkinan besok atau lusa bisa kirim ke pabrik,” Panji menjelaskan.
“Oh iya, mintain invoicenya, buat pembayaran nanti dan terus kabarin gue ya!” kata Jessy pada Panji. “Ok siap Bos!” jawab Panji semangat.
Di luar rumah terdengar ramai. Tetangga Jessy sedang membuat konten Youtube. Mereka sepertinya sedang membuat konten tentang jual beli barang yang harga ratusan juta. Dari yang Jessy perhatikan dan yang ia dengar, akhir-akhir ini Mas Roy selalu membuat konten membeli barang yang harganya sangat fantastis. Jessy tidak mengerti tujuan dia membuat konten jual beli ini untuk apa? Untuk pamer atau memang kehabisan ide.
“Beli mobil terus, seminggu kemudian di jual lagi!” kata Jessy sambil mengintip dari atas jendela kamar rooftop. “Aduh Mas Roy, aku lebih suka anda membuat konten liburan ke berbagai negara dibanding konten pamer kaya gini,” gerutunya.
Jika dipikir-pikir itu haknya dia. Uang-uang dia dan hasil kerja keras dia. Terserah dia mau dia apakan uang itu. Jessy selalu berpikir apakah dia tidak takut jika terlalu mengumbar harta-hartanya. Jessy rasa lebih baik Mas Roy dan timnya membuat konten yang lebih bermanfaat.
“Jess! Jess!” seseorang memanggil Jessy. Jessy rasa suara yang memanggilku itu Panji. Ada apa Panji ke rumah Jessy?
“Panji, is that you?” tanya Jessy pada orang yang sedang menaiki tangga. “Ya, it’s me!” sahut Panji. Dia masuk ke kamar dan berkata, “We have problem,” katanya dengan wajah yang sedikit cemas namun santai.