BEING MRS. SATYANEGARA

Pink Unicorn
Chapter #1

Chapter 1

ZIDANE

“Angkel Dane!!!!" jerit Arkel menyambut gue sambil berlari dengan tangan terbuka minta digendong. Ampun deh nih anak si Reiga! Baru dua tahun saja sudah selincah ini.

Gue dengan senang hati menggendong Arkel sambil melambungkannya tinggi-tinggi diudara. Mumpung nggak ada mami-nya, Hana. Bisa dijambak gue, kalau Hana sampai lihat anaknya gue lempar-lempar begini. Meski si Arkel kayaknya happy banget. Kiddo has no fearless, rite?

“Angkel Dane, kok lama?" tanya Arkel setelah gue berhenti melambungkannya lalu menggendongnya dengan gaya ‘normal’.

Bibir gue tersenyum. My mood booster Arkelio Keanu Reishard. Dia satu-satunya mahluk yang membuat gue merasa penting ditengah kesepian gue. Setelah Onti Nana-nya Arkel ini, mantan pacar gue, calon istri idaman gue, putusin gue dan kawin dengan seorang pengusaha travel. Like he feels sad for me too. Meski faktanya ia masih bayi waktu gue ditinggal kawin oleh Nana.

“Angkel Dane ada operasi dulu, Kel. Berapa ya ...” Gue pura-pura menghitung sambil mengangkat jari tangan kanan.

Arkel memperhatikan gue dengan serius lewat dua bola mata besar berbulu lentik nan panjang itu. “Tiga ya?" Serunya sambil mengangkat tiga jari tangan kirinya yang mungil. Gue tertawa. Rada kaget juga, kok bisa tahu nih balita. Kayak bokap-nya aja. Pintar menebak orang.

“How do you know, buddy?!" ujarku dengan nada suara kaget.

Arkel tertawa. Tawa yang membuat gue selalu envy berat dengan Reiga. Sahabat gue yang satu itu. Tawa yang bisa menghapus lelah dengan ajaib. Tawa yang dirindukan seorang Ayah dari anak kebanggaannya. Ya Allah, i wanna has son like this one too.

“Angkel Daneeeeeeee!!! Ranaaaaa gendonggg jugaaaaa," rajuk Rana sambil menarik-narik celana gue.

Ini Rana. Nama panjangnya Arkana Naero Radiputrodiningrat. Anak pertamanya Rama, sahabat gue yang satu lagi. Rana seusia dengan Arkel. Kenapa gue bilang anak pertama? Karena 2 bulan yang lalu, Rama dengan bangganya mengumumkan kalau Krisa sedang mengandung anak kedua mereka yang kata dokter berjenis kelamin perempuan. Betapa beruntungnya, sahabat gue yang satu itu!

Gue mengangkat Rana juga. Fitness gue rasanya nggak sia-sia. Lumayan berat juga ini anak dua. Rana dan Arkel tertawa-tawa dalam gendongan gue. Surga dunia ini. Lihat dua anak balita ketawa. Biasanya pemandangan gue cuma situasi IGD, orang yang kena serangan jantung, meja operasi, peralatan operasi, jantung yang berdenyut, darah yang muncrat kemana-mana. Don’t blame me, man! I’m a surgeon.

“4 bulan lagi loe buka nomor antrian gendong kali, Dane," celetuk Rama yang bermaksud mengambil Rana tapi anaknya itu menolak dan malah memeluk gue.

“Nggak apa-apa. Bro. Sekalian latihan. Kalau elo yang minta gendong tuh, baru gue ogah," ujar gue sambil tertawa.

“Biarin kenapa, Ram. Biar ada gunanya fitness si Zidane. Kan dia belum punya orang yang bisa dia gendong tiap malam kayak kita, ledek Brandon.

Kampret loe, Ndon! Untung ada Arkel dan Rana. Reiga yang mendengarnya hanya tertawa geli.

Lihat selengkapnya