BEING MRS. SATYANEGARA

Pink Unicorn
Chapter #5

Chapter 4

ZIDANE

Brandon masih tidak berhenti tertawa setelah gue menceritakan mukjizat menakjubkan yang gue dapat 3 hari yang lalu. Sialan nih kampret satu! “Baru sadar kan loe, enaknya punya cewek," ledeknya lalu terbatuk-batuk.

Syukurin. Ketawain gue sih.

She is not my girl by the way," tukas gue meluruskan apa yang sudah dibengkokkan si Don.

“Dane, cewek kayak Na, kalau nggak ada rasa nggak bakal mau pergi sama cowok kali. She is smart, adorable, hot and absolutely beautiful. If you can make her heart flustered, Elo nggak mungkin dapat kesempatan, bahkan untuk berdiri didekat dia dalam jarak satu meter. Apalagi lakinya garing kayak elo!" ujar Brandon dengan raut serius.

“Sialan loe, Don!" seru gue namun tetap menyetujui pendapatnya. Bener juga apa yang si Don bilang.

Bibir gue tersenyum bangga. “So her heart got flustered around me?" tanya gue percaya diri. “Ya nggak tahu juga, Dane," tukas Brandon sambil merebahkan tubuhnya ke sofa. Gue menghela napas lalu memicingkan mata. Tangan gue meraih kopi yang tadi dibuatkan Brandon. “Yaelah, Don. Elo kebiasaan banget sih, abis terbangin gue ke langit, langsung deh gue dibanting ke tanah!" kesal gue. Si Don malah nyengir, terus tertawa.

“Elo suka banget sama Na? Sama Rayadinata Nareswari?" tanyanya bangkit dari pose rebahannya sambil menatap gue dengan senyum yang meledek. Wajah gue memerah mendapati pertanyaan itu. Sialan nih si Brandon! Niat gue datang ke sini kan mau curhat sama ahli perempuan, bukan dibully begini. Syein masih di London sih. “Keliatan banget ya?" polos gue dan Brandon tertawa terpingkal.

Hufttttt ... salah gue memang. Salah gue memilih elo sebagai tempat konsultasi, Don.


NA

“Terus ... terus ada goodbye kiss nggak?!!!" ujar Samantha alias Sam dengan ekspresi gemas namun suara berusaha dipelankan. Karena kami sedang berada dalam kelas memasak Ibu Ngadibyo Sudaermo yang sangat killer dan serius ketika memasak.

“Mesum loe, Sam!" pekikku membuatnya tertawa geli yang tertahan. Aku jadi lupa, tadi harus masukkin daun jeruk atau daun salam atau mungkin keduanya ya ke pepes ikan mas ini.

“Hellowwww Samantha, elo kayak nggak kenal si Zidane, mana berani dia nyosor cewek begitu aja," celetuk Krisa yang meja masaknya berada tepat dibelakang Sam. Hana ikut cekikikan dibelakangku. “Yaudah Na, elo aja yang nyosor duluan!" tukas Krisa dengan kedipan mata menggoda yang membuat wajahku memerah karena sepersekian detik tadi aku membayangkannya. Damn!

“Memangnya si Na itu Hana yang nyosor duluan ke Reiga! Ha Ha Ha," ledek Sam. Kami tertawa tertahan bertiga. Hana merengut. “Sialan loe bertiga. Tapi kan yang penting loe liat dong akhirnya, gue yang disosor mulu!" sewot Hana yang malah membuat tawa kami bertiga makin lepas dan ...

“Rayadinata Nareswari! Samantha Atmodjo! Andriyani Krisa!" bentak Ibu Ngadibyo yang langsung membuat kami menciut. “Maaf, Bu," ucap kami bertiga dengan takut-takut. Hana tersenyum senang.


WIDY

Itu Na. Cewek yang ada di foto yang duduk disamping kanan dokter Zidane adalah Na. Foto itu sudah didapatnya sejak Erwin menyebarkannya di grup WA anak-anak Co-As. Beberapa teman laki-laki sudah membicarakan kecantikan Na sejak foto itu tersebar. Semua teman perempuan iri dan berdecak, ‘Pantes dokter Zidane nggak pernah lirik kita. Pacarnya cakep banget begini’ dan aku ... kalah. Na selalu mengalahkanku sejak SD. She beats me even when she won’t it. Dan sekarang ... dokter Zidane.

Iya aku suka banget sama dokter Zidane, terutama kharismanya dan betapa inspiratifnya lelaki satu itu. Seperti Ayah. Iya benar, dokter Zidane seperti Ayah. Apa itu yang membuat Na mau berdekatan dengan pria lagi setelah Enrique menghancurkannya? Aku saja yang bukan anak kandung Ayah mencari lelaki yang mirip. Apalagi Na yang ditubuhnya mengalir darah Ayah langsung. Mewarisi kecerdasan Ayah. Mewarisi segala hal kebaikan yang ada pada diri Ayah, yang bahkan tidak dimiliki Kak Raisa sebagai anak pertama Ayah.

Dadaku sesak. Aku tahu posisiku. Aku tahu Na membenciku. Terbersit dipikiranku kalau Na mungkin tahu aku menyukai Zidane. Jadi ia berusaha mendapatkannya. Berpikir seperti itu terasa lebih baik untuk hatiku. Ketakutanku.


AYAH NA (CAKRA OEGROSENO)

“Kamu kenapa, Wid? Kok nggak semangat, dokter tutor kamu galak?" tanyaku melihat putri didepanku ini terlihat tidak semangat. Widy mengangkat kepalanya dan menghentikan aksi mengaduk steak tenderloin yang dipesan Mama-nya. Ia menatapku penuh harap. Ada yang ingin dibicarakannya. Kira-kira begitulah. Mungkin ini yang membuat Amelia meneleponku dengan alasan emergency sehingga menyuruhku pulang secepatnya dari Makassar.

“Enggak, Yah," jawabnya dengan senyum dipaksakan dan sebuah gelengan. Widy memang bukan putri kandungku, tapi aku mengenalnya dengan baik. Dan menurutku sekarang ia tidak sedang merasa baik. “Dokter Tristan baik banget, tambahnya. “Terus kenapa kamu kayaknya tertekan begitu?" bingungku sambil mengelap bibir lalu minum dan menatapnya lembut. Widy menimbang ingin bicara.

“Nggak apa, bicara saja sama Ayah," ucapku meyakinkannya. Widy menghela napas. “Ayah udah tahu belum kalau Na sudah punya pacar," ucapnya membuatku tertegun. Na?

Rayadinata Nareswari Oegroseno-ku punya pacar lagi setelah 4 tahun kehancurannya akan si brengsek Enrique Marquez yang tidak tahu diri itu. “SIAPA?" tanyaku dengan penasaran. Raut Widy berubah, seperti menyesal sudah memberitahuku. Maaf ya, Wid.

Widy mengeluarkan handphone dari tasnya lalu memberikannya padaku. Aku melihat Na, anakku memang sedang duduk disamping seorang dokter yang wajahnya familiar. Ekspresi Na biasa saja, malah terlihat mereka sedang berdebat. Itu yang aku lihat setelah men-zoom foto ini. “Itu dokter Zidane yah," ujar Widy.

Keningku berkerut. “Zidane?" gumamku. “Dokter bedah jantung rumah sakit tempat Widy internship, dokter yang operasi Tante Sheila," ucap Widy yang sekaligus menjawab mengapa wajah dokter ini familiar untukku. Kalau begitu dokter ini yang mau dijodohkan Sheila dengan Na kan. Astaga!

“Ayah ...” Aku mengangkat kepala dari handphone dan memperhatikan Widy yang tampak ragu bicara. “Widy juga suka sama dokter Zidane," ungkapnya dan aku sekali lagi tertegun. Aku melirik Amelia disamping kiriku, wajahnya berharap cemas. “Terus Ayah harus gimana? Mau nya kamu Ayah gimana?”

“Ya kamu tolong bilang sama Na, Mas," ucap Amelia.

Aku menghela napas.

“Terus kalau Zidane-nya memang sukanya sama Na gimana, kalau aku sih lihat dari foto ini, Na nya biasa aja, mereka cuma ngobrol, paling ngobrolin tentang kondisi Sheila," ujarku.

Widy menghela napas. “Wid, kamu masih ingat apa yang Ayah pernah pesankan ke kamu?" tanyaku beralih pandangan kearah Widy.

“Berjuang penuh percaya diri. Itu inti keberhasilan yang sejati," jawab Widy. Aku tersenyum. “Kamu udah tanya sama dia punya hubungan apa dengan Na?”

Widy menggeleng. “Kalau begitu tanya dan jika ada kesempatan, kejar dia, jangan hanya karena perempuan yang duduk disampingnya ini Na, kamu langsung ciut dan menyerah," ujarku menyemangati Widy. Meski dalam hati aku memastikan akan bertanya langsung pada Na dan Sheila kebenaran dari foto ini.


ZIDANE

Lihat selengkapnya