Bekas Luka

Papp Tedd
Chapter #1

Satu

Senin, 12 Desember 2022

 

Cinta tak bisa ditebak ke mana arahnya. Terkadang, dia membawaku ke tempat yang tak terduga. Cinta tak bisa memilih. Sekeras apa pun usaha bila dia tak pernah ada di hatiku, maka semua berakhir sia-sia. Cinta tak diundang, hadir tanpa diinginkan, pergi tanpa diminta.

 

Cinta tak semanis chocomilo yang sedang kubuat siang ini. Paduan susu, remahan biskuit oreo, dan diberi sentuhan bubuk milo sebagai pelengkap. Meski banyak komposisi yang disajikan, tetapi berakhir manis dan membahagiakan.

 

Kisah cintaku tak seperti itu. Aku hanya wanita biasa yang setiap detiknya termakan usia. Banyak cinta mendekat, tetapi aku tidak menyambutnya. Entahlah, kesendirian ini bagiku merupakan sesuatu yang tak ternilai harganya. Dengan begini aku merasa bebas kendati di waktu tertentu aku bagai burung merpati yang terjebak di tengah gelapnya malam.

 

Seperti suasana siang ini. Jalanan Gatot Subroto tampak ramai. Orang-orang terlihat berhamburan di trotoar-menyerbu para pedagang kaki lima. Pukul 12.10, waktunya istirahat bagi karyawan. Kedaiku di serbu oleh mereka yang ingin melepas dahaga lewat segelas cup minuman khas Thailand.

 

"Mba, Thai tea dua, ya, nanti diambil," ucap wanita berhijab kuning.

 

"Baik, Kak," jawabku.

 

Di sinilah aku memulai hari sejak dua bulan lalu. Aku terbilang masih baru di sini. Sebelumnya, aku bekerja di toko roti. Hanya saja, usaha Ibu Rima collaps akibat wabah Covid-19. Alhasil, aku dan dua karyawan lainnya diberhentikan secara paksa. Setelah hampir satu tahun luntang-lantung, akhirnya aku menjadi karyawan di GreaTime Indonesia.

 

GreaTime menawarkan minuman dan beberapa camilan manis seperti; donat, roti, aneka kue bolu, puding, dan masih banyak lagi. Ya, perusahaanku tak terpatok pada minuman saja. Kami juga menyediakan hidangan-hidangan itu sebagai cuci mulut. Di kedai ini aku tak sendiri. Ada Ririn yang menjadi senior sekaligus sahabatku di sini.

 

Standar pelayanan saat ini masih mengikuti protokol kesehatan yang disemarakkan pemerintah. Karyawan memakai masker, face shield, dan sarung tangan. Sementara di loket pesanan tersedia hand sanitizer untuk memastikan bahwa semua yang ada di lokasi terlindungi dari virus mematikan itu.

 

"Han, tuh!" Ririn menyenggol lembut tubuhku. Tatapannya tampak lurus ke satu arah.

 

Lihat selengkapnya