Bekas Luka

Papp Tedd
Chapter #2

Dua

Selasa, 13 Desember 2022

 

Aku menggeliat di ranjang, seluruh tubuh rasanya pegal. Rasanya ingin aku terpejam lagi untuk melanjutkan mimpi yang sempat terputus beberapa hari lalu. Kala itu, aku duduk di pelaminan bersama sang pujaan hati. Kami menikah dengan konsep serba putih sesuai dengan keinginanku.

 

Entah siapa pria itu, tetapi aku merasa bahagia bersamanya. Aku tertawa lepas seolah-olah beban yang membelenggu jiwa seketika lenyap. Tiada lagi kegusaran, kegelisahan, bahkan air mata. Di hari itu yang ada hanyalah kegembiraan. Sorak para tamu undangan di pesta pernikahanku benar-benar masih terngiang hingga kini.

 

Namun, semua itu hanya omong kosong belaka. Tidak pernah terjadi, tidak pernah terwujud.

 

"Haduh, anak gadis jam sepuluh baru bangun!"

 

Aku terperenyak. Ibu masuk ke kamar dan membuka jendela. Sinar matahari yang masuk menyilaukan pandanganku. Aku menutup seluruh tubuh dengan selimut.

 

"Hana, sarapan dulu. Tadi, Tryan ke sini bawain lontong kari," ujarnya.

 

"Tryan ke sini, Bu?" Aku spontan membuka selimut dan menatapnya.

 

Ibu duduk di ranjang, kemudian membelai lembut wajahku, "Tryan kelihatannya baik. Dia sudah lama membuktikan hal itu. Bahkan, dia tak segan untuk ketemu Bapak sama ibu."

 

"Bu, Bapak suka nyuruh aku buat nanya sama Tryan tentang keseriusan dia. Dia pernah janji mau nikahin aku. Aku nggak lupa soal itu," tuturku.

 

"Mungkin, Tryan serius. Tapi, jangan membebani dia. Kita nggak tahu urusan dan tanggung jawabnya sebesar apa di sana. Ingat, kalo udah jodohnya mau disembunyiin di lubang semut pun bakal ketemu lagi."

 

Aku menghela napas kasar. Ibu lalu keluar kamar karena harus merapikan dagangan. Alhamdulillah, sayur dan lauk terjual banyak hanya menyisakan sebagian kecil yang tahan jika dijual sampai besok. Aku melangkah gontai ke nakas-mengambil sisir, kemudian bercermin. Aku melihat diri sendiri yang terpaku di sana.

 

Apakah aku menginginkan Tryan?

Lihat selengkapnya