Bekas Luka

Papp Tedd
Chapter #5

Lima

Jumat, 16 Desember 2022

 

"Aa, nanti malam jangan jemput, ya," pintaku saat turun dari motor.

 

"Loh, tumben. Ada apa?" tanyanya.

 

"Nggak apa-apa. Aku ada acara sama Ririn takutnya lama," dalihku.

 

"Ya, nggak apa-apa, dong. Aa tungguin sampe selesai. Kan jadwal Aa buat ngisi acara di Majalaya besok. Jadi, hari ini masih bisa jemput." Dia tetap pada pendiriannya.

 

Aku menggaruk kepala yang tak gatal. Bagaimana lagi meyakinkannya untuk tak kemari nanti malam. Aku mengatur napas dan berusaha agar dia tak curiga. Jika terus kularang, bisa-bisa dia makin tidak percaya dan kemungkinan terburuknya-nekat menjemput.

 

Aku menyuruhnya datang pukul 21.00 dan dia pun menyetujui. Tryan pun beranjak dari kedai. Keterlambatan pulangku malam ini telah diketahui Bapak dan Ibu. Daripada mereka khawatir, aku mengatakannya kemarin malam sebelum keduanya terlelap.

 

"Hana, Hana, Hana, jadi, ketemu si Mas Ganteng itu?" tanya Ririn.

 

"Namanya Naufan. Jadi, kayaknya. Kalo Tryan nanya apa aku lagi sama kamu, jawab aja, ya, gitu," pintaku.

 

"Emang kamu nggak bilang sama dia mau ketemuan sama Naufan?" selidiknya.

 

"Pengennya, sih, bilang. Cuma tahu sendiri dia gimana. Cemburuan parah. Kemarin aja lihat aku jabat tangan sama Naufan dia ngamuk-ngamuk. Itu biji matanya hampir keluar, Rin. Ngeri banget!" Aku menggeleng.

 

"Kalo si Naufan inj wajahnya adem, sih, kelihatan kayak ubin masjid, Han. Yaa, kalo Tryan jangan ditanya, lah. Muka-muka judes ... galak. Belum jadi istri, jadi pacar juga nggak, tapi sok ngatur, sok cemburu, dih!" Ririn sangat ilfeel pada Tryan.

 

Ririn menyarankan agar aku dan Naufan tetap di sekitar sini. Misalkan berbincang di meja GreaTime pun tak apa-apa. Dia khawatir terjadi sesuatu mengingat pria itu baru dikenal akhir-akhir ini. Jadi, sebaiknya aku tak ambil risiko dengan bepergian terlalu jauh. Aku pun menerima saran itu dan memahami tujuannya.

 

****

 

Jam delapan malam, kedai tutup. Ririn menunggu Danny--kekasihnya--menjemput. Dia memintaku melihat ke seberang hotel. Naufan tampak keluar dari penginapan dengan penampilan maskulin. Ririn pun semakin yakin bahwa pria itu bukan orang dari kalangan biasa seperti kami.

 

"Mba Hana, udah lama nunggu?" tanyanya.

 

"Nggak, kok. Baru aja tutup," jawabku.

 

"Bebeb, ayo, pulang!" Motor kopling berhenti depan kedai. Danny memanggil kekasihnya.

 

Lihat selengkapnya