Bekas Luka

Papp Tedd
Chapter #14

Empat Belas

Selasa, 27 Desember 2022

 

Kemarin, Pak Derry memberi kabar via whatsapp grup bahwa minggu ini semua karyawan GreaTime harus masuk. Sebagai pengganti jadwal libur, ada bonus upah yang akan dibagikan di penghujung tahun. Oleh karena itu, aku bekerja di hari Selasa yang cerah dan ramai.

 

Entah kapan keramaian dan kepadatan di Jalan Gatot Subroto akan berakhir. Saban hari, antrean kendaraan terus dan makin panjang. Apalagi, musim liburan sekolah sudah dimulai. Otomatis banyak yang menghabiskan masa-masa itu di luar kota, salah satunya Bandung.

 

Suasana seperti ini akan sangat kurindukan. Deru mesin yang bergemuruh, asap knalpot dari kendaraan, dan tentunya menjadi pramusaji teh. Dua hari ini, aku menjalin komunikasi dengan Naufan. Kami terlibat perbincangan, salah satunya mengenai rencananya yang akan membawaku ke Lumajang setelah menikah.

 

Naufan ternyata lebih aktif dan cerewet saat berbalas pesan, berbeda ketika kami bertemu. Dia lebih kalem seperti menjaga citra di hadapan publik. Walaupun aku mulai tertarik padanya, tetapi perasaan itu belum sepenuhnya tercurahkan.

 

"Rin, pelan-pelan aku mulai nyaman sama Naufan. Dia anaknya asyik, bawel, senang bercanda juga," tuturku.

 

"Bagus atuh kalo gitu biar nggak berat sebelah!" lantangnya.

 

"Tapi belum full gitu, masih ada yang ganjel ..." Aku membuat simbol 'sedikit' menggunakan jempol dan telunjuk.

 

"Kamu, tuh, gimana, sih. Masa udah ada yang jelas masih aja mikirin yang udah di alam baka!" omelnya.

 

"Jangan keras-keras atuh!" titahku.

 

"Atuh, da, kamu mah aneh-aneh aja!"

 

Ririn merebut ponselku. Dia meminta aku membukakan kata sandinya. Wanita itu masuk ke aplikasi dan mencari nama Tryan. Dia memberikan handphone itu, lalu memerintahkanku mengirim pesan padanya. Apa pun isi teksnya yang penting aku kirim.

 

"Assalamualaikum Aa. Aa apa kabar?" Aku menunjukkan pesan yang telah diketik pada Ririn.

 

Dia pun meminta aku mengirimnya. Kami menunggu sejenak, hingga tampil centang dua di ujung pesan. Namun, tak respons apa pun yang kami dapatkan. Selanjutnya, Ririn ingin aku menekan tombol dial. Aku harus menelepon Tryan mau ataupun tidak.

 

Telepon sudah berdering dan terdengar nada tunggu. Ririn mengaktifkan mode loudspeaker agar kami bisa mendengarnya bersama-sama. Hasilnya tetap nihil. Pesan tak dibalas dan telepon pun tidak diangkat. Padahal ada penanda bahwa pengguna sedang aktif. Ririn mencoba sekali lagi dan berujung hal serupa.

Lihat selengkapnya