Bekas Luka

Papp Tedd
Chapter #15

Lima Belas

Kamis, 29 Desember 2022

 

Waktu berlalu begitu cepat. Kini, jantungku makin berdegup kencang. Aku merasa saat ini ada peluru yang siap menghujam tubuh. Satu tembakan akan menjadi dua kemungkinan; bertahan atau kematian. Bertahan artinya peluru hanya melukai dan dapat diobati. Sementara kematian sudah jelas bahwa peluru itu membunuhku seketika.

 

Peluru kuartikan sebagai sebuah keputusan. Kendati telah kulaksanakan Salat Istikharah, tetapi petunjuk dari-Nya tak kunjung tiba. Namun, jauh di lubuk hatiku semakin mantap untuk melaju ke arah yang lebih baik. Memulai kembali hidup di tahun yang baru.

 

Aku kini hanya mengikuti kata hati. Ibu sudah setuju, tinggal tugas Naufan untuk datang ke rumah dan membuat semuanya lebih resmi.

 

"Neng, si Mas udah dateng!" seru Bapak.

 

"Ya, Pak." Aku berlari kecil menuju halaman.

 

Setelah keluar rumah, Naufan meminta padaku untuk berhenti. Dia berlutut, lalu merapikan tali sepatuku yang belum terikat. Aku menganga ketika melihat dia yang tak memedulikan celana bagian lutut menjadi kotor. Pria itu pamit pada Bapak usai melakukan rutinitas kecilnya.

 

Kecil dan menurut sebagian orang mungkin sepele. Namun, tindakannya menurutku luar biasa. Jika tali sepatu tidak diikat dengan benar ada kemungkinan aku tersandung dan jatuh. Perhatiannya membuatku kehabisan kata-kata selain ungkapan terima kasih.

 

"Hana, apa masih ada yang ingin kamu ketahui tentang saya?" tanya Naufan.

 

"Mas, kalo misalkan kita menikah di sini, Mas udah ada saksi?" tanyaku

 

"Ohh, soal itu wis nggak usah dipikirin."

 

Kami menuju ke parkiran, "eh, kok, bahas tentang saksi. Hmm." Garis melengkung di wajahnya bagai senyum seorang psikopat.

 

"Apa, ih, nggak. Itu cuma nanya aja barusan." Aku merapikan masker untuk menutup setengah wajah.

 

"Nah, loh, udah tanda-tanda ini ..." Naufan terus menggodaku.

 

Bodohnya aku, kenapa harus berkata seperti itu. Padahal banyak topik lain yang lebih ringan dan bisa dibicarakan. Sekarang, telingaku mau tak mau harus mendengar kicauannya terus-menerus. Aku hanya tersipu ketika Naufan berbicara seolah-olah waktu pernikahan kami sudah semakin dekat.

 

Lihat selengkapnya