Bekas Luka

Papp Tedd
Chapter #16

Enam Belas

Sabtu, 31 Desember 2022

 

"GreaT's, hari ini pulang jam lima sore. Selamat Tahun Baru 2023. Semoga di tahun yang akan datang, omset makin meningkat, kita makin sehat, dan tentunya semua makin semangat. Minggu, tanggal 01 Januari kedai tutup. Buka kembali 02 Januari 2023 seperti biasa. Jadwal libur mingguan normal kembali per tanggal 09 Januari 2023. Terima kasih, selamat berakhir pekan!" Pak Derry mengirim pesan di grup.

 

****

 

Naufan merayakan Tahun Baru di rumahku. Aku mengajaknya kemari walaupun sebenarnya dia ingin kami pergi. Akan tetapi, situasi di jalanan malam ini dapat kuprediksi. Kemacetan, semua tempat hiburan dipadati pengunjung, aku tak membayangkan bagaimana terjebak di tengah lautan manusia.

 

Pergantian tahun tinggal dua jam lagi. Keluargaku dan Naufan tampak bercengkerama di luar. Aku duduk di halaman-menyaksikan canda tawa mereka. Ketika melihat gurat wajah pria itu, aku merasa yakin terhadapnya. Namun, masih ada keraguan dalam hatiku mengenai dirinya.

 

Suka ataupun tidak aku harus memberikan jawaban pada Naufan. Aku belum genap satu bulan mengenal pria itu. Apakah wajar jika aku merasa takut ... bimbang. Selalu ada waktu lebih banyak ketika seseorang ingin mengetahui siapa dan bagaimana calon imamnya di masa depan. Aku tidak mendapatkan waktu itu.

 

Adapun aku sudah diberi waktu untuk mengenal Tryan. Membersamainya selama kurang lebih tiga tahun tidaklah sebentar. Aku mengetahui bagaimana Tryan dari ujung kepala hingga kaki. Namun, tampaknya takdir tidak berpihak kepada kami sehingga Allah merenggangkan hubunganku dengannya.

 

Naufan baik, pria itu sangat baik. Dalam istilah metafora, dia ibarat pangeran-pangeran dalam film Disney. Setiap perkataan, tindakan, dan bahasa tubuhnya seolah-olah tak ada celah untuk mencari kekurangannya. Dia paket komplit-idaman setiap kaum hawa.

 

Aku tidak perlu menunggu hingga berlumut. Aku tidak perlu menanti sampai perasaanku mati. Dia jawaban atas doaku, bukan Tryan.

 

"Hana, kok, sendirian aja di sini. Sana bakar jagung sama mereka!" ajak Bi Lela.

 

"Nggak, Bi. Hana lagi mikirin sesuatu aja." Aku menengadah menatap langit berselimut awan hitam.

 

"Han, waktu bibi mau nikah sama Kang Romi juga dulu gitu. Bibi baru kenal dia dua bulanan, tapi tiba-tiba ngajak nikah. Wanita mana yang nggak senang coba. Sambil berdoa bibi terima dia. Kami sempat nunggu beberapa tahun buat punya Zidan, tapi Paman kamu nggak sampe pergi, ninggalin, atau nuntut. Dia sabar, bibi juga terus ikhtiar sama dia," jelasnya.

 

"Jadi, nggak ada salahnya nerima orang yang baru kita kenal?" tanyaku.

 

"Mereka didatangkan bukan tanpa alasan, Hana. Setiap orang yang dipertemukan dengan kita oleh Allah pasti ada alasannya. Seperti saat kamu ketemu Tryan. Kamu sama dia belajar sabar, dia juga bisa menghibur, menemani. Ketika kita akhirnya dijauhkan, mungkin itu cara alam memberi tahu, dia bukan yang terbaik di antara yang terbaik," urainya.

 

Lihat selengkapnya