Bekas Luka

Papp Tedd
Chapter #17

Tujuh Belas

Minggu, 01 Januari 2023

 

Puku 00.00, suasana kian meriah. Di setiap tempat petasan terbang ke udara dan meledak di langit malam. Aku melihat tetangga-tetangga tampak menatap langit seraya menyungging senyuman. Tersirat sebuah harapan besar bagi kehidupan di tahun yang baru.

 

Covid-19 membuat perekonomian merosot, banyak korban meninggal dunia, dan mereka yang kehilangan pekerjaan serta usaha gulung tikar. Tahun 2023 diharapkan membawa angin segar di mana setiap manusia merangkak-memulai kembali hidup dari awal.

 

Harapanku pun sama. Aku berdiri di samping pria yang luar biasa. Dia menatap langit yang sama denganku.

 

"Hana, sebentar lagi, ya," bisiknya.

 

"Apa, Mas?" tanyaku.

 

Setelah dentum petasan mulai berkurang, Naufan mengajak semua orang masuk ke rumah. Bi Lela duduk sambil memangku Zidan yang tampak sudah mengantuk. Pria itu mengucap salam, lalu mengutarakan niatnya di hadapan keluargaku secara langsung.

 

"Mas Naufan mau menikahi Hana?" tanya Bapak.

 

"Insya Allah, jika Bapak dan Ibu merestui saya," ungkapnya.

 

Bapak dan Ibu saling menatap, "kapan kira-kira pernikahan dilaksanakan?" tanya Ibu.

 

"Saya kembalikan pada Hana dan Ibu juga Bapak. Saya kapan pun waktunya sudah siap!" Rahangnya yang mengeras pertanda bahwa dia tidak main-main dengan kata-katanya.

 

"Bapak dan Ibu insya Allah merestui kalian. Kami kembalikan lagi ke Hana." Semua orang menatapku, "Hana, gimana, Neng?" tanya Ibu.

 

Aku mengangguk, menerima lamaran Naufan. Semua mengucap hamdalah. Di tengah malam, awal tahun, ada kabar baik yang disambut dengan rasa syukur. Pria itu lantas pamit dan akan kembali sore nanti untuk membahas konsep acara. Dia takzim pada keluargaku sebelum beranjak.

 

"Hati-hati, Mas." Aku takzim kepadanya.

 

"Euleuh-euleuh, malam-malam lihat yang gini teh suka inget masa muda." Bapak tertawa.

 

Setelah Naufan pergi, aku memandang Bapak dan Ibu yang terlihat samar. Derai air mata jatuh ketika Ibu memelukku erat. Penantian, jawaban dari doa, dan semua pengorbananku selama ini akhirnya terbayarkan. Tak lama lagi aku menikah meskipun ada rasa cemas dalam hati.

 

Aku membantu Ibu dan Bi Lela merapikan rumah, lalu duduk di depan televisi setelah selesai. Aku ingin membagi momen bahagia bersama banyak orang. Tak ada salahnya jika aku membuat status di aplikasi whatsapp. Di kolom pembaharuan terkini, ada nama yang membuatku tertarik.

 

Tryan muncul di recent updates setelah beberapa hari mati suri. Tidak dilihat aku penasaran, tetapi jika dilihat dia pasti mengetahui bahwa aku membaca statusnya. Argh, masa bodoh! Aku tidak mau tahu apa pun tentangnya. Ponsel kutaruh di ranjang, lalu mendelik ke arah benda pipih itu. Aku akhirnya menyimak apa yang dia tulis di sana.

 

Lihat selengkapnya