Bekas Luka

Papp Tedd
Chapter #23

Dua Puluh Tiga

Kamis, 12 Januari 2023

 

Aku menikmati suasana pagi yang cerah nan sejuk. Burung-burung peliharaan Bapak bernyanyi dengan lantang dan merdu. Aku menyimpan setiap momen yang terjadi di sini dalam memori. Hal-hal sekecil apa pun akan berarti nantinya sebagai pengobat rindu kampung halaman.

 

Ibu membantuku pagi ini, sementara warung dijaga Bi Lela dan Bapak. Pakaianku dikemas dalam koper, tetapi tidak dibawa semuanya. Obat-obatan, perlengkapan make up, dan selimut kesayanganku tak dilupakan begitu saja. Kemudian, aku menemukan amplop yang tersimpan di laci dan jumlah uangnya masih utuh.

 

Aku memberikannya pada Ibu, tetapi sekali lagi beliau menolaknya. Aku diminta membawa uang itu mana tahu suatu hari dibutuhkan. Sebab musibah atau pengeluaran di luar dugaan selalu ada.

 

"Perasaan, baru kemarin bayi perempuan itu lahir ke dunia, bahkan jahitan pasca melahirkan pun masih terasa linu. Bayi mungil, lucu, dan cantik itu tumbuh. Dia belajar bicara, sampai merangkak ke halaman rumah. Lalu, dia bisa berjalan hingga berlari sambil memainkan rambut hitam nan panjang itu."

 

"Perempuan kecil itu akhirnya memanggilku Ibu dengan jelas sebagai kata pertama yang keluar dari mulutnya. Dia tumbuh dan terus tumbuh, hingga memakai seragam sekolah. Dia memasuki remaja, kemudian dewasa, dan pada akhirnya meninggalkan kamar ini. Kamar yang spesial dibuatkan oleh bapaknya. Waktu begitu cepat berlalu."

 

Curahan hati Ibu yang begitu dalam mengubah suasana menjadi haru. Beliau tampak menelisik setiap sudut kamarku sambil membelai lembut sprei warna pink motif bunga. Suaranya mulai parau dan terisak. Aku tak tahan untuk tidak memeluk tubuhnya.

 

Aku menggunakan kesempatan yang ada untuk merasakan pelukan yang hangat. Aku membenamkan wajah di pundaknya.

 

"Anakku, jaga diri baik-baik. Jadilah istri dan ibu yang baik kelak. Doa ibu menyertai meski jarak memisahkan kita."

 

Kami melanjutkan sesi packing. Aku menyiapkan pakaian yang hendak digunakan nanti. Aku ingin merapikan baju Mas Naufan. Namun, sejak dia tinggal di sini semua pakaian miliknya berada di dalam koper. Aku sudah memintanya agar menaruh baju di lemari. Hanya dia tak mau dengan alasan bahwa toh nanti pun kami berangkat. Sehingga tidak dua kali beres-beres.

 

****

 

Pukul 18.35, semua barang sudah tersimpan di luar. Aku memanjatkan doa kepada Allah-berharap kami selamat sampai tujuan. Selain itu, aku bermunajat mudah-mudahan kehidupan dan rumah tanggaku di sana berjalan dengan baik serta rukun. Selesai salat, aku keluar kamar. Keluargaku tampak sudah menanti di ruang tamu.

 

Kami memeluk satu per satu dari mereka. Kami pun diberi berbagai wejangan sebelum meninggalkan rumah. Mang Romi membantu memasukkan semua barang bawaan ke bagasi mobil.

 

"Siap?" tanya Mas Naufan sambil memberikan tangannya.

 

Lihat selengkapnya