Bekas Luka

Papp Tedd
Chapter #29

Dua Puluh Sembilan

Kamis, 26 Januari 2023

 

Mungkin, seperti ini rasanya tinggal di neraka. Aku hanya di rumah tanpa ponsel dan tak pernah pergi ke mana pun. Aku mencemaskan Ibu dan Bapak karena handphone milikku ada di tangan Mas Naufan.

 

Sejak terkuak siapa sebenarnya pria itu, hari demi hari, siang hingga malam aku hanya memikirkan bagaimana caranya pergi. Bukan waktunya bagiku untuk menyesali semuanya. Aku ingin pergi, tetapi jauh di lubuk hati terdalam aku tak bisa meninggalkan Cynthia sendirian di sini.

 

Bahar menjaga rumah. Dia yang memegang kunci kamar Cynthia dan pintu utama. Mas Naufan memberinya upah, makanan, dan rokok hanya untuk memastikan aku tak ke mana-mana. Sekalipun ada yang harus aku beli, pria itu yang turun tangan.

 

Malam ini, aku selesai melaksanakan salat Isya. Masakan sudah matang dan siap dinikmati. Tampaknya, Mas Naufan datang. Aku duduk manis di ruang tamu menanti kedatangannya. Sempat tebersit di anganku untuk melakukan sesuatu agar hatinya dapat luluh.

 

"Mas, ngapain kamu bawa perempuan ini ke sini?" Aku mendelik padanya.

 

"Ini rumahku. Aku bebas bawa siapa pun kemari dan tidak butuh ceramahmu!" sergahnya.

 

"Ini rumah Cynthia, bukan rumah kamu!" paparku.

 

"Andhika, ternyata perempuan ini lebih mempunyai keberanian daripada Cynthia. Kenapa kamu ... tidak memberinya sedikit pelajaran agar dia sedikit menghormatimu." Saraya tampak membelai wajah suamiku dengan kuku-kuku berkuteknya.

 

Mas Naufan sangat mudah terprovokasi oleh perempuan itu. Dia melangkah cepat dan seketika mendaratkan tamparan keras di pipiku.

 

"Katakan sekali lagi. Aku akan binasakan mereka!" amuknya.

 

Aku memalingkan wajah sambil memegang pipi. Sakit ... sakit sekali rasanya. Aku meringis menahan nyeri sementara Mas Naufan menyeret tubuhku ke sofa. Dia mengancam akan memasukkanku ke ruangan di mana Cynthia berada.

 

Saraya kemudian mengajaknya ke kamar. Aku merasakan dada yang begitu sesak. Napasku terengah dan berusaha kuhadang agar air mata tak jatuh. Aku tak ingin lagi menangis karena pria itu. Rasanya ... tak pantas dia ditangisi.

 

Telepon Bahar berdering. Dia lalu segera ke dapur dan menyiapkan makanan. Sepertinya itu untuk Cynthia. Aku tidak paham kenapa dia tidak berteriak atau berusaha melarikan diri. Dia hanya diam di ruangan dan dilayani oleh Bahar tanpa melakukan apa pun.

 

Lihat selengkapnya