Bekas Luka

Papp Tedd
Chapter #31

Tiga Puluh Satu

Aku sudah melalui malam ketiga di sini. Selain itu, aku merasakan apa yang terjadi pada Cynthia selama disekap oleh Mas Naufan. Bahar membawakan kami sarapan yang enak, makan siang, dan makan malam. Adapun camilan yang diberikan olehnya setiap sore.

 

Di ruangan yang lebih condong seperti gudang ini kami berbagi tempat tidur. Di sini ada lemari berisi pakaian milik Cynthia. Di waktu mencuci, dia akan memberikan pakaian kotor pada Bahar. Pria itu membawanya untuk kemudian dicuci di laundry. Tentu menurut wanita itu lokasi yang dipilih Bahar bukan tempat Ibu Anita.

 

Tidak ada televisi, tidak ada ponsel, dan tidak ada hiburan. Berada di sini sangat menguji kesehatan mental. Aku mulai merasa jenuh walaupun belum tinggal lama.

 

"Biar saya ganti perbannya, ya," tawar Cynthia.

 

"Mba, berarti sudah lama di sini?" tanyaku.

 

"Ya, itu. Di bulan Oktober semua terjadi. Itu adalah bulan yang paling menyedihkan karena berbagai peristiwa pilu serentak terjadi."

 

Hubungan Cynthia dan Mas Naufan berjalan baik pada awalnya. Namun, sejak orang tuanya selalu mencaci dan merendahkan pria itu, sikapnya menjadi tempramen. Dia tidak menerima penghinaan itu dan akhirnya mencelakai orang tua Cynthia.

 

Dia membuat rem mobil yang dikendarai mereka blong hingga lakalantas tak terhindarkan. Orang tua Cynthia tewas di lokasi kejadian. Mas Naufan mengakui di hadapannya bahwa dia otak dari kecelakaan itu. Kemudian, sikapnya pada Cynthia mulai semena-mena.

 

Mas Naufan memperlakukan Cynthia layaknya hewan sirkus. Dipecut menggunakan sabuk, digampar hingga lebam, ditendang sampai menjerit, dan tidak diizinkan pergi ke mana pun. Wanita berambut segi pendek itu menunjukkan bekas luka yang dia derita sejak beberapa bulan silam.

 

Mas Naufan sejak saat itu menulis surat pernyataan mengenai pengalihan ahli waris beserta deskripsinya. Dia butuh tanda tangan Cynthia, tetapi tak pernah mendapatkannya sampai sekarang. Orang tuanya menilai bahwa putri mereka akan mendapat suami yang matang dalam segala aspek. Bila mereka tiada, maka otomatis rumah itu akan ditinggalkan sebab dia pasti mengikuti suaminya ke mana pun.

 

Agar lebih bermanfaat dan menjadi ladang amal, mereka sepakat untuk menghibahkan harta itu supaya dikelola menjadi sesuatu yang lebih baik. Mas Naufan tak 'kan mendapatkan apa-apa sebab Cynthia tak menentang keputusan orang tuanya.

 

"Jika aku bisa bebas dari sini. Aku akan meninggalkan rumah serta menjalankan amanah mama dan papa," ujarnya.

 

"Tapi, di surat wasiat, kan, tertulis kalau Mba meninggal?" tebakku.

 

"Meskipun masih hidup, aku nggak mau tinggal di sini lagi." Cynthia menggeleng.

Lihat selengkapnya