Bekas Luka

Papp Tedd
Chapter #32

Tiga Puluh Dua

Seluruh badanku menggigil walaupun Cynthia sudah memakaian selimut. Tangan kiriku mati rasa-sukar untuk digerakkan. Berhari-hari kami merencanakan pelarian, kesempatan telah terbuka kali ini. Sore tadi, deru mesin kendaraan terdengar di bawah. Kami menduga Mas Naufan pergi bersama Saraya.

 

Entah pukul berapa ini, hanya langit berhiaskan awan hitam yang tampak di angkasa. Aku memaksa Cynthia menjalankan rencana yang sudah kami susun dengan rapi. Aku mampu berdiri, mampu berlari, dan yakin Allah akan memberikan kekuatan kepadaku.

 

"Bahar ... Bahar!" teriak Cynthia sembari menggebrak-gebrak pintu.

 

Dia terus memanggil Bahar hingga pria itu datang dan membukakan pintu. Wajah bringasnya menatap nyalang pada kami.

 

"Ada apaan, sih, berisik?!" amuknya.

 

"Hana ... Hana harus ke rumah sakit. Lukanya makin parah!" Cynthia panik.

 

"Saya harus bilang dulu sama Den Andhika!" urainya.

 

"Jangan bilang. Kalo nggak percaya, lihat aja lukanya!" suruh Cynthia.

 

Brak! Ketika Bahar mendekatiku, Cynthia menghantam leher pria itu dengan laci yang sudah kami siapkan. Ya, laci lemarinya bisa dilepas dan menjadi salah satu bagian dalam rencana. Bahar masih sadarkan diri, maka sekali lagi dia dihantam oleh benda itu sampai tubuhnya tergeletak di lantai.

 

Kami segera mencari di mana kunci pintu utama, sebab kunci gudang tampak terpasang di pintu. Aku membantu semampunya untuk mengikat tangan dan kaki Bahar dengan seprai. Kami juga membungkam mulutnya menggunakan sarung bantal, lalu menguncinya di ruangan itu.

 

Kami tertatih menuju ke tujuan selanjutnya-kamar Cynthia yang ada di lantai dua. Kami mengobrak-abrik lemari untuk mencari dokumen-dokumen penting. Aku membantu memasukkannya ke ransel miliknya. Setelah menemukan dokumen, buku tabungan, dan surat kendaraan kami menuju ke kamar di lantai bawah.

 

Kami mencari di mana ponsel, dompet, dan sertifikat milik orang tua Cynthia. Dia tidak dapat menemukan ponselnya. Sejak disekap, Mas Naufan yang mengendalikan keuangannya. Dia tidak segan meminta kata sandi handphone dan rekening agar dapat melakukan transaksi serta menggunakan uang miliknya.

 

Di lemari ada surat-surat pernyataan tentang jual beli. Akan tetapi, semuanya menurut Cynthia palsu. Kami menyimpulkan bahwa selama ini Mas Naufan telah melakukan penipuan pada sejumlah orang. Dia mendapatkan pundi-pundi rupiah dari hasil menipu dan menindas istrinya.

 

Cynthia mengajakku pergi secepatnya, tetapi itu bukan ide yang bagus. Hanya berlari sepanjang perumahan membuat kami lebih cepat ditangkap. Aku menyusun rencana lainnya dengan harapan hal itu akan memetik keberhasilan. Dia pun mendukung sepenuhnya.

Lihat selengkapnya