Bekas Luka

Papp Tedd
Chapter #33

Tiga Puluh Tiga

Rabu, 08 Februari 2023

 

Dua hari aku berbaring di rumah sakit. Kondisiku berangsur membaik seiring berjalannya waktu. Hari ini tanggal delapan, artinya aku disekap lebih dari satu minggu. Pagi ini, suster mengantarkan sarapan ke kamarku. Cynthia belum kembali sejak kemarin.

 

Polisi telah menginformasikan bahwa Mas Naufan dan Bahar telah diringkus di rumah Cynthia. Hanya saja petugas tidak menemukan Saraya. Cynthia terkait pelapor langsung mendatangi polsek untuk memenuhi panggilan petugas. Setelah itu aku belum mendengar lagi kabar darinya.

 

Dia membawa ponselku sebab Ibu dan Bapak sedang menuju kemari. Mereka memesan tiket travel agar perjalanan lebih cepat. Cynthia adalah penghubung antara mereka denganku. Dia yang akan mengantar orang tuaku ke rumah sakit ketika sampai di Lumajang nanti.

 

"Mba, apakah tangannya sudah bisa digerakkan?" tanya suster, sembari menaruh sarapanku.

 

"Alhamdulillah, Sus." Aku memutar pergelangan tangan, lalu menggerakkan jari-jari.

 

"Syukurlah." Dia tersenyum, lalu keluar dari kamarku.

 

Aku menyantap sarapan yang diberikan suster. Tubuhku bak dihantam kendaraan berat, remuk dan masih terasa nyeri. Aku kembali menyuap makanan di nakas. Hingga Cynthia datang ke rumah sakit dengan mata yang tampak sembab.

 

"Hana," ujarnya, kemudian aku menoleh.

 

"Neng."

 

Aku mengenal suara yang meneduhkan jiwa itu. Ibu dan Bapak tampak berdiri di ambang pintu. Mereka tampak berkaca-kaca, lalu masuk ke kamarku. Aku yang menahan sesak dalam dada sekian lama akhirnya meluapkan semuanya. Dalam pelukan Ibu dan Bapak aku menangis sejadi-jadinya.

 

Napasku tercekat, suara terbata-bata, kehadiran mereka membuat belenggu yang sempat mengurung jiwa akhirnya lepas. Ibu mencium ubun-ubunku, lalu melihat memar-memar di bagian lengan dan wajah.

 

Ibu terus membelai dan menciumku. Putri semata wayang yang dia rawat sejak dalam kandungan dan cintai sepanjang masa diperlakukan layaknya hewan oleh seorang pria. Di hadapanku, beliau tak 'kan mengampuni Mas Naufan bahkan setelah dia meninggalkan dunia

 

Hal serupa diungkapkan Bapak. Sebelum bertemu denganku mereka datang ke kantor polisi bersama Cynthia. Beliau murka dan hampir menghantam Mas Naufan. Bila tak ada yang melerai, mungkin suamiku sudah babak belur dihajar olehnya. Emosi Bapak menurut Ibu ketika di sana bak raksasa yang nyaris memporak-porandakan dunia.

 

"Neng, bapak minta maaf." Bapak mendekapku.

 

Lihat selengkapnya