Senin, 13 Februari 2023
Aku hari ini bisa pulang dari rumah sakit. Kondisi kesehatan sudah lebih baik dan aku merasa lebih kuat sekarang. Selain dukungan dari orang tua dan Cynthia, bayi di kandunganku mempunyai peran yang tak kalah penting.
Bersama mereka aku melangkah di lorong rumah sakit menuju pintu keluar. Kami terlibat percakapan sederhana membahas tentang apa rencana ke depan. Aku hanya memikirkan masa depan anakku nanti. Sejauh ini tak ada apa pun yang tebersit dalam benakku.
Sebelum memulai kembali hidup aku harus menyelesaikan urusan Mas Naufan. Sejumlah proses hukum akan dijalani olehnya. Polres Lumajang telah menyerahkan berkas-berkas kepada Pengadilan Negeri Lumajang. Kami sedang menunggu keputusan terkait proses selanjutnya.
"Pak, Bu, Neng mau ketemu Mas Naufan," ucapku.
"Mau apalagi, Neng. Kamu tinggal nunggu proses perceraian dengannya," timpal Bapak.
"Pak, Neng belum bisa cerai dari Mas Naufan, sampai ..." Aku mengusap perut.
"Sampai?" desak Ibu.
"Sampai anak dalam kandungan Neng lahir."
Aku baru memberi tahu mereka tentang keberadaan janin dalam perutku hari ini. Di luar ekspekatasiku, Ibu dan Bapak tampak semringah. Mereka menyambut dengan antusias kehadiran anggota baru di keluarga kecil kami.
Ibu hanya menyarankan agar kehamilanku tak diketahui oleh Mas Naufan. Bapak pun mempunyai pendapat serupa dan tak ingin di masa depan pria itu kembali untuk membawa anakku. Aku datang untuk menemuinya membahas tentang perjanjian itu.
Ibu dan Bapak tidak kubiarkan masuk. Hanya Cynthia yang menemaniku nanti. Selain menjaga rahasia, aku tak mau beliau emosi dan lepas kendali ketika bertemu Mas Naufan.
****
Setelah Zuhur, aku dan Cynthia tiba di polres karena Mas Naufan belum dipindahkan. Kami berbicara pada petugas untuk bertemu dengannya. Kami menunggu sebentar, lalu pria itu digiring petugas ke hadapan kami.
Pria itu memakai setelan oranye. Penampilannya berbeda jauh di banding sebelumnya. Aku amati ada bekas luka di wajahnya. Apakah selama menghuni jeruji besi dia dianiaya oleh tahanan lain.
"Kalian ke sini mau ngetawain, 'kan?" tuduhnya.