Bekas Luka

Papp Tedd
Chapter #36

Tiga Puluh Enam

Senin, 10 April 2023

 

Sebelum memasuki bulan Ramadan, Cynthia mengunjungi makan orang tuanya. Hari ini, dia akan kembali ke sana. Buket telah dipesan sejak hari Jumat di toko bunga yang berlokasi di Jogotrunan, tidak jauh dari perumahan kami. Kami mengunjungi tempat tersebut untuk mengambil pesanan.

 

Pukul 08.30, kami menuju ke TPU Jogoyudan yang berjarak 100 meter dari Alun-alun Lumajang. Langit yang cerah, jalanan pun tak begitu ramai. Cynthia mengunjungi permakaman untuk pamit. Keputusannya sudah bulat bahwa dia akan meninggalkan kota kelahiran almarhumah ibunya.

 

Dia telah menelepon kuasa hukum orang tuanya untuk mengatur pengalihan tanah dan bangunan miliknya. Cynthia masih mempunyai aset-aset lain yang ada di Bandung dan Jakarta. Jadi, rumah peninggalan itu sudah di jalankan sesuai amanah mereka jauh-jauh hari.

 

Kami tiba di TPU dan menapaki jalan setapak yang dipenuhi tanah merah. Sambil membawa bunga, kami menuju ke makam orang tua Cynthia. Lokasinya ditemukan, lalu kami membuka buku yasin untuk mendoakan mereka agar tenang di surga Allah.

 

"Ma, Pa, Cynthia bawa Hana sama Ibu Jia. Cynthia ikut mereka, ya, Ma, Pa ... mau lebaran sama mereka. Mama, Papa, aku pasti ke sini kalo udah asa waktu senggang. Maafkan aku yang belum sempat berbakti dan membuat kalian bangga." Cynthia mencium nisa bertuliskan nama secara bergantian.

 

Dia menaruh bunga anggrek di kedua makam yang berdampingan. Cynthia lantas menaburkan mawar putih dan merah di tanah merah. Dia menangis hanya tak diluapkan sepenuhnya. Kesedihannya kembali mengingat ini pertama kalinya dia menjalani hari raya Idul Fitri tanpa orang tua yang menemaninya.

 

Setelah selesai kami tak langsung pulang. Kami duduk di batu nisan dan merasakan sejuknya embusan angin yang menyapa. Bunga kamboja tampak berguguran di tanah, dedaunan kering beterbangan dan mendarat di setiap permakaman.

 

"Kamu siap ninggalin kota?" tanyaku.

 

"Siap nggak siap, sih," sahutnya.

 

"Makasih, Tia. Makasih kamu telah banyak membantu selama aku di sini," ungkapku.

 

"Sama-sama. Kita ini para korban yang ... wajib dan perlu saling merangkul satu sama lain. Aku cuma berharap nggak ketemu orang macam si Andhika lagi. Amit-amit pokoknya!" Cynthia bergidik.

 

Setelah merasa lebih baik, kami memutuskan beranjak dari permakaman. Cynthia harus menunaikan tugas selanjutnya. Kami di parkiran menuju ke rumah. Di perjalanan dia menelepon kuasa hukumnya untuk bertemu dengannya sesuai janji yang telah disepakati beberapa hari lalu.

Lihat selengkapnya