“Jangan takut untuk bermimpi besar namun selalu ingat bahwa tanggung jawab adalah fondasi yang menjadikan mimpi itu nyata.”
***
Masa itu tahun 1998, di sebuah kota besar yang riuh. Nata Abikara, seorang pemuda berusia 22 tahun, seorang mahasiswa di sebuah universitas terkemuka di kota tersebut. Namun, kehidupannya tidak hanya diisi dengan kuliah dan belajar. Dia memiliki tanggung jawab besar untuk menghidupi keluarganya setelah kepergian ayahnya yang telah lama berpulang ke rahmatullah.
Setiap pagi, sebelum matahari terbit, Nata sudah bangun dan bersiap-siap untuk pergi bekerja. Dengan semangat yang membara, dia berangkat menuju tempat pekerjaannya sebagai penjaga toko kelontong. Nata membantu ibunya menjalankan rumah tangga dan bekerja di pagi hari sebagai penjaga di sebuah toko kelontong di dekat kampus. Di malam hari, Nata bekerja sebagai penyiar radio, menjadi suara di balik layar yang membawakan acara malam, sementara teman-temannya sedang bersenang-senang.
Tidak ada waktu untuk malas, Nata harus berlari dari satu tempat ke tempat lainnya, berusaha mencukupi biaya kuliah dan memastikan adik-adiknya mendapatkan pendidikan yang layak. Meski lelah, tekad Nata untuk berhasil tidak pernah pudar. Karna Ibu dan dua adiknya bergantung padanya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Di tengah-tengah hiruk-pikuk kehidupan yang sibuk, Nata tetap menjaga semangatnya di bangku kuliah. Ia hadir di setiap kuliah, menyimak dengan serius, dan mengejar prestasi yang membanggakan. Dalam hatinya, dia selalu berjanji akan menjadi alasan tersenyum bagi ibunya dan adik-adiknya.