BELENGGU DENDAM

Freya
Chapter #6

Tragedi Trisakti dan Kerusuhan #6

Dari koran yang dibacanya, Iwan mengetahui adanya tragedi Trisakti yang menyebabkan 4 mahasiswa tewas tertembak aparat. Mereka gembira karena gelombang demo yang menuntut lengsernya Sang Penguasa dan perbaikan ekonomi akibat krisis moneter yang terjadi sejak tahun 1997 semakin gencar. Namun mereka juga sedih mendengar berita penembakan 4 mahasiswa Trisaksti dalam aksi demo tanggal 12 Mei 1998 di kampus Trisakti yang diikuti dengan kerusuhan, penjarahan toko dan pembakaran di beberapa pusat perdagangan. Dia juga mendengar adanya kerusuhan terhadap etnis Tionghoa, pembunuhan dan pemerkosaan yang dilakukan secara sistematis. Spontan semua yang ada di dalam sel mendoakan para mahasiswa yang tertembak dan para korban kerusuhan.

“Kurang ajar, Si Penguasa dan antek-anteknya, masih saja tidak mau melepaskan cengkraman kekuasaannya di negeri ini. Mereka sengaja membayar preman untuk membuat kerusuhan dan memfitnah gerakan kita. Perjuangan kita sudah dinodai oleh orang-orang itu,” kata Iwan dengan geram.

“Sampai sudah mau lengserpun masih saja berusaha menjatuhkan para pejuang reformasi ini, keterlaluan sekali mereka,” timpal Ratno

Kerusuhan itu ternyata sudah merembet ke berbagai kota termasuk di Solo Raya. Saat itulah tiba-tiba Iwan mulai mencemaskan Santi.

"Rat, kerusuhan ini sudah menyebar sampai ke Solo. Aku mengkhawatirkan keluargaku yang di solo dan juga Santi," kata Iwan

"Ah, mereka masih saja ingin melanggengkan kekuasaannya. Mereka membayar orang untuk menjadi provokator. Bahkan mereka membayar orang-orang untuk melakukan pelecehan seksual terhadap perempuan Tionghoa," kata Ratno dengan geram.

"Sayang sekali, kita tak bisa bergerak dalam penjara sialan ini. Omong-omong aku kok jadi ingin tahu bagaimana nasib Bintang," gumam Iwan lirih.

Ratno menghela nafas sedih.

“Ya, aku juga mencemaskan Bintang, bagaimana nasibnya sekarang.”

Seorang Napi lainnya yang mendengar pembicaraan mereka ikut nimbrung.

“Temanmu itu kemungkinan sudah dilenyapkan Bang, belakangan orang-orang di Kepulauan Seribu sering menemukan ada satu atau dua jenazah mengapung di lautan. Sepertinya setelah dibunuh, mayat para aktivis itu di beri pemberat dan ditenggelamkan di laut tapi ikatan pemberatnya lepas, jadi mayatnya mengambang di air. Tuh, tanya saja sama dia yang baru saja masuk kemarin,” katanya sambil menunjuk ke arah seorang Napi yang baru saja datang.

Bergidik Iwan dan Ratno mendengar penuturan Napi itu, terbayang oleh mereka siksaan yang diterima teman-teman mereka yang dilenyapkan sebelum mati.


Solo 14 Mei 1998

Pagi itu seperti biasa Santi bekerja di sebuah toserba di daerah Pasar Gede. Tiba-tiba satpam toko berseru

Cepat tutup toko, massa sudah bergerak dari arah barat. Mereka membakar dan menjarah toko-toko di Purwosari dan toko-toko di sekitar purwosari sudah dijarah dan dibakar!"

Sontak semua karyawan panik, mereka menutup toko dan meminta pelanggan segera pergi. Untunglah toserba tempatnya bekerja terletak di sisi timur sehingga mereka masih punya kesempatan untuk menyelamatkan diri. Santi melihat Cik Lani pemilik toserba berseru dengan panik

Lihat selengkapnya