BELENGGU DENDAM

Freya
Chapter #7

Kerusuhan di Solo #7

Melihat situasi yang tidak kondusif Santi merasa sudah mati langkah, tak mampu lagi bergerak ke tempat lain.

“Celaka, sepertinya kita belum bisa pulang ke rumahku. Untuk sampai di Tipes di daerah selatan kita harus menyeberangi jalan Slamet Riyadi. Padahal jalan itu sudah penuh massa,” kata Santi.

Cik Lani yang membonceng di belakangnya tampak cemas

“Terus kita harus gimana lagi San? Aku takut, aku bingung San, nasib keluargaku saja aku sudah gak ngerti lagi,” kata Cik Lani dengan suara bergetar.

Tiba-tiba Santi teringat di daerah itu ada rumah saudara sepupunya, Santi segera memutar motornya menuju ke kampung tempat sepupunya tinggal.

“Lho, mau kemana San?” Tanya Cik Lani.

“Kita ke rumah sepupuku saja, kebetulan sepupuku tinggal di daerah sini. Di sana kita lebih aman

 Di perkampungan gang-gang sempit di belakang perkantoran dan pertokoan, sudah dipasang penghalang yang mencegah orang dari luar masuk kampung mereka. Orang-orang di kampung banyak yang berjaga-jaga di mulut gang untuk mencegah para perusuh masuk kampung.

“Kalau belum bisa pulang sekarang, kita nunggu di rumah sepupuku saja dulu ya,” kata Santi.

Perlahan Santi menjalankan motornya memasuki gang-gang sempit itu. Ketika melewati jalan utama perkampungan itu, Santi mendengar ada suara yang sangat dikenalnya menyapanya

“San, mau kemana?”

Santi menoleh ke arah orang itu, dilihatnya Hardi sepupunya menegurnya. Santi merasa lega ketika melihat Hardi.

“Eh, Mas Hardi aku mau pulang, tapi aku ngga berani lewat jalan besar, mau nyeberang aja susah jalanan sudah penuh perusuh.”

“Kamu gak mungkin bisa pulang sekarang, sudah kalian menunggu di rumahku saja, nati sore kalian akan kudampingi pulang ke rumah,” kata Hardi.

 Santi membelokan motor memasuki gang tempat Hardi dan keluarganya tinggal. Melihat wajah Cik Lani yang tampak pucat, Santi menghiburnya

"Yang sabar ya Cik, berdoa saja semoga keluarga di rumah selamat.”

Cik Lani hanya mengangguk lemah, tubuhnya tiba-tiba merasa lunglai, dadanya berdebar cemas memikirkan nasib keluarganya. Di rumah Hardi, Yeti isterinya menyambut kedatangan mereka.

“Aku numpang nunggu di sini sebentar ya, oh ya, aku bawa temanku juga, dia Cik Lani Bossku di toko,” kata Santi.

“Kalian aman di sini, kampung sini banyak orang Jawanya. Oh ya, bagaimana kedaan Toserba tempatmu bekerja?”

Lihat selengkapnya