BELENGGU DENDAM

Freya
Chapter #11

Dendam Lama yang Bersemi Kembali #11

Melihat wajah dan mata Gilang yang berbinar ketika mendengar cerita tentang Bintang dan dirinya, Iwan teringat kembali kepada Bintang sahabatnya. Gilang mewarisi sifat ayahnya yang tak pernah bisa diam menyaksikan ketidak adilan berlangsung di depannya. Terkadang dia takut sesuatu yang terjadi pada Bintang terulang pada Gilang. Empat tahun yang lalu, Gilang pernah berurusan dengan polisi gara-gara ikut demo menentang pendirian pabrik rayon yang mencemari lingkungan di sebuah desa. Ternyata pemilik pabrik rayon itu memiliki koneksi sejumlah pejabat penting di kepolisian dan pemerintahan. Sehingga walaupun pencemaran lingkungan akibat limbah pabrik itu sudah sangat parah, namun tak ada aparat yang berani menyentuhnya. Sudah bukan rahasia lagi, semua orang tahu, pemilik pabrik rayon itubagai bunglon, dia selalu menjalin hubungan baik dengan siapa saja rezim yang berkuasa.

Aksi demo mahasiswa bersama masyarakat di depan pabrik rayon itu berujung pada pemukulan dan penahanan para pelakunya termasuk Gilang. Sulit bagi Iwan untuk membebaskan Gilang dari penjara kalau saja tidak dibantu oleh temannya yang menjadi Anggota Dewan. Beruntung temannya bersedia menjamin Gilang sehingga anak itu bisa bebas dari penjara dan hanya dikenai wajib lapor setiap hari di kantor polisi selama sebulan.

Gilang yang antusias mendengarkan cerita Iwan kemudian bertanya lagi

“Lalu bagaimana nasib aktivis-aktivis lain yang saat itu dipenjara bareng?"

Iwan menghela nafas ingatannya sejenak kembali ke masa lalu

Yang ayah tahu Ratno sudah jadi Bupati sedangkan Hendro hilang tak pernah kembali, bahkan jenazahnya pun tidak ditemukan. Oh ya tapi ayah sempat ketemu dengan Heru yang dari Lampung. Kami pernah bertemu di aksi Kemisan di depan istana negara. Dia cerita waktu keluar dari penjara, kesehatannya diperiksa, lalu dibawa pergi dengan mata ditutup kain hitam. Waktu itu dia sudah kuatir saja akan dihilangkan. Tapi ternyata dia diturunkan dekat pelabuhan dan diberi uang untuk pulang ke Lampung. Sebelum pergi mereka berpesan kepadanya untuk segera pergi tanpa menoleh ke belakang lagi.”

“Kalau dokter yang baik dan orang yang mengambil foto ayah di hutan pantai, apakah Ayah bisa bertemu dengan mereka?” Tanya Gilang.

Iwan tersenyum melihat anak sahabatnya tertarik dengan ceritanya

“Ayah tidak tahu Lang, semenjak keluar dari penjara, Ayah sudah tidak pernah bertemu dokter itu. Kalau orang yang memotret Bapakmu Ayah juga tidak pernah tahu siapa.”

Gilang menoleh kepada ibunya dan bertanya lagi

“Lalu bagaimana kabar Cik Lani? Apa ibu masih berjumpa dengan Cik Lani?"

Santi menghela nafas berat dengan suara bergetar dia berkata

"Cik Lani tidak ikut ke Singapura bersama orang tuanya. Dia memilih untuk bergabung sebagai relawan yang memperjuangkan hak-hak para wanita Tionghoa yang diperkosa dalam kerusuhan 98. Tanggal 20 Oktober 1998 seharusnya dia berangkat ke Amerika untuk berbicara di depan forum PBB bersama 5 korban perkosaan lainnya. Tapi ternyata dia tidak pernah berangkat ke Amerika dan sejak itu tidak ada lagi para wanita Tionghoa yang berani bersaksi lagi."

Santi tiba-tiba menangis

"Orang-orang itu memang biadab seperti hewan !" Isak ibunya

Gilang merasa heran

"Ibu, kenapa menangis?"

"Cik Lani ditemukan dibunuh di rumah kontrakannya di Jakarta. Sebelum dibunuh dia disiksa dan diperkosa. Identitas pelaku sudah diketahui tapi sampai sekarang pelakunya tidak juga ditangkap. Lolos begitu saja, keluarganya sudah berupaya mengurus ke polisi tetapi hasilnya nihil."

Lani kembali menangis, jika teringat Cik Lani.

"Aku nggak bisa melupakan Cik Lani, bagiku dia boss yang baik, dia selalu memperlakukan para pegawainya dengan baik, bahkan gaji yang kami peroleh masih lebih tinggi daripada rata-rata gaji pegawai toko seperti kami.”

Gilang menghela nafas dia bersyukur hidup di era keterbukaan seperti saat ini. Orang-orang bebas berpendapat lewat sosmed walaupun terkadang sering kebablasan. Tetapi di masa lalu orang-orang yang berbicara sampai kebablasan seperti itu sudah pasti pulang tinggal nama atau paling tidak merasakan di penjara tanpa pengadilan.

Tiba-tiba di depan terdengar suara pintu di ketuk pelahan

Lihat selengkapnya