Bagai disambar petir Sheila terkejut mendengar ucapan Gilang, tubuhnya bergetar, air mata mulai meleleh di pipinya dengan panik dia memanggil nama kekasihnya
“Gilang... kamu tega banget sama aku?”
Di seberang sana Gilang tidak dapat menahan tangisnya, dia segera mematikan handphonenya lalu menangis sesenggukan. Saat itu Gilang sedang berada di depan pohon tempat mayat ayahnya ditemukan. Saat melihat ke pohon itu, ketegarannya seolah bangkit kembali, terbayang ayahnya yang meregang nyawa ketika dadanya ditusuk pisau oleh para penculiknya. Beruntung mereka tidak jadi melarung jasadnya ke laut karena para pesilat keburu berdatangan ke tempat itu.
“Gilang…Gilang!”
Namun handphone Gilang sudah mati, Sheila menangis di depan Santi.
“Tante, saya mau mencari Gilang, boleh saya minta alamat Gilang di Jakarta?”
“Oh, boleh saja, sebentar saya tulis dulu.”
Santi menulis sebuah alamat di kertas lalu memberikannya pada Sheila.
“Terimakasih Tante, saya permisi sekarang.”
****
Keesokan harinya, Sheila berpamitan pada kedua orangtuanya meminta ijin pergi ke Jakarta dengan alasan mau mencari pekerjaan. Kedua orangtuanya mengijinkannya dan berangkatlah Sheila ke Jakarta dengan membawa sebuah test pack yang dibungkus rapi dengan kertas kado. Di sana dia menginap di rumah Pamannya. Besoknya dia meminjam mobil Pamannya untuk mencari alamat Gilang.
Cukup mudah untuk mencari alamat kerabat Gilang, namun betapa kecewanya Sheila ketika sesampainya di sana, Gilang ternyata tidak ada di tempat.
“Dia belum pulang, kalau pagi Gilang kerja di Kantor Pengacara Pamannya,” kata kerabat Gilang yang ditemuinya.
“Oh, di mana Kantor Pengacara Pamannya?” Tanya Sheila.
Kerabat Gilang memberikan sebuah alamat pada Sheila. Alamat kantor Pengacara Paman Gilang ternyata tidak jauh dari rumah Pamannya. Sheila segera meluncur ke kantor Gilang yang terletak di kompleks pertokoan di Pasar Minggu. Seorang gadis cantik yang bertugas sebagai penerima tamu menyambutnya dengan ramah. Melihat gadis penyambut tamu itu, Sheila mendadak merasa insecure
Jangan-jangan Gilang terpikat dengan gadis itu? Batin Sheila cemas.
“Selamat Pagi, ada yang bisa kami bantu?”
“Saya mencari Gilang, apakah dia benar bekerja di sini?” Tanya Sheila.
“Ya benar tapi Gilang baru keluar istirahat makan siang, jam satu biasanya dia sudah kembali ke kantor,” gadis penerima tamu itu menjelaskan.
Sheila melihat jamnya, baru dia sadar bahwa saat itu sudah jam 12 lebih, saatnya karyawan beristirahat.
“Oh, ya sudah tidak apa-apa saya tunggu saja di sini,” kata Sheila.