Blurb
Klise memang jika aku mengaku bahwa sekejam-kejamnya pukulan, sepedih-pedihnya kebulan api laknat yang pada waktu itu mampuku terobos dengan segenggam harapan dan kekhawatianku pada wanita yang kupikir dia akan melakukan hal yang sama atau setidaknya datang dan menungguku di sana, jauh lebih kejam dan pedih mengetahui bawa wanita yang kukhawatirkan selama 25 tahun ini justru sudah bahagia tanpa memikirkan aku yang rela mati hanya untuk menepati janji pertemuan sialan yang kubuat pada hari itu.
Entah, aku harus senang karena akhirnya aku tahu bahwa ia baik-baik saja atau aku harus kecewa dan menelan fakta bahwa hanya aku yang selama ini berharap.
Sebenarnya aku malas dengan cerita sia-sia ini tapi biarkan kami saling beradu sudut pandang soal hari itu.