Belenggu Masalalu

Dinar sen
Chapter #1

Kilas Balik masalalu

Arga Yoga Pradita bangun dari tidurnya dengan napas terengah-engah. Dia melihat sekeliling, mencari sumber suara yang membuatnya terbangun. Namun, tidak ada yang berubah di kamarnya yang mewah. Semua masih sama, kecuali denyut jantungnya yang terus berdegup kencang.

Arga mencoba tenang, mengambil napas dalam-dalam, dan berusaha mengusir bayang-bayang masa lalu yang terus menghantui pikirannya. Tapi, kenangan itu terus memburu, seperti hantu yang tidak mau pergi.

"Arga, bangun! Sarapan sudah siap!" teriak sang mamah, Lestari, dari bawah.

Arga memaksakan senyum dan segera bangun, untuk membasuh muka.

Dia turun ke bawah, mencoba menyembunyikan kecemasannya. Lestari menyambutnya dengan senyum hangat dan sarapan yang lezat. Arga memakan sarapannya dengan terburu-buru, berusaha menghindari pertanyaan sang mamah.


Kilas Balik.

Arga teringat kembali pada hari itu, 15 tahun yang lalu. Hari ketika sahabatnya, Raka, menyelamatkan nyawanya dari tenggelam di laut. Raka berhasil menyelamatkan Arga, tapi Raka sendiri tidak bisa diselamatkan. Tubuh Raka tergulung ombak dan tak juga di temukan hingga kini.

Arga merasa bersalah dan penyesalan menghantui pikirannya. "Jika saja aku tidak memaksa untuk berenang... Jika saja aku tidak terlalu keras kepala..."

Arga berusaha mengusir pikiran itu, tapi kenangan itu terus menghantui. Nasi yang ia santap kembali terasa hambar.

Arga menghentikan sarapannya dan segera kembali ke kamarnya, untuk bersiap berangkat bekerja.

Sang mamah, Lestari, dan sang ayah, Hendrawan, hanya menggeleng melihatnya yang aneh semenjak kejadian itu.

Hendro, adik Raka, tidak pernah memaafkan Arga. Hendro selalu memandang Arga dengan dendam dan kebencian. Baginya, Arga bertanggung jawab atas kematian kakaknya.

Suatu hari, ketika Arga sedang berjalan menuju kantornya yang kebetulan berbarengan dengan adik Raka, dia bertemu Hendro. Hendro menatapnya dengan mata penuh kebencian.

"Kamu masih hidup dengan nyaman, ya? Sementara Raka sudah tidak ada lagi karena kamu!" Hendro menyikut Arga dengan keras.

Arga merasa sakit dan bersalah. Dia tidak tahu apa yang harus dikatakan untuk memperbaiki kesalahan masa lalu.

Hendro pergi berjalan mendahului Arga, Arga merasa bersalah, menatap punggung Hendro, penuh sesal.


.........


Di kantor, Arga berusaha fokus pada pekerjaannya. Namun, bayangan Raka terus menghantuinya. Dia teringat senyum Raka, tawa Raka, dan keberanian Raka yang menyelamatkannya dari maut.

“Arga, kamu kenapa? Sejak pagi kamu melamun,” tanya rekan kerjanya, Dita, yang memperhatikan Arga sejak tadi.

Arga tersentak dari lamunannya. “Ah, tidak apa-apa, Dit. Aku hanya sedikit pusing,” jawabnya.

Lihat selengkapnya