Belenggu Masalalu

Dinar sen
Chapter #3

Pertemuan Arga dengan Rossa

Arga sudah memakan sifat sang ayah dari kecil, egois, keras, dan cenderung masa bodo.

Ucapan kasar pun sering Arga terima dari sang ayah, berbeda dengan Arman yang cenderung sering mendapat pujian dan tak pernah di jelekkannya.

Masa bodo dan telah terbiasa, Arga pergi dengan santai tanpa beban memikirkan sifat sang ayah.

Dengan hati-hati Arga mengendarai mobilnya. Ingin mengajak seorang kekasih, Arga kerap kali putus nyambung, ia pun malas memikirkan wanita yang hanya ingin di manja olehnya saja.

 Arga memutuskan untuk tak berpacaran dahulu meski umurnya telah matang, bagi Arga memiliki pasangan itu nomer kesekian, sebab' memikirkan beban hidupnya saja ia pusing tak menemukan jalan.

Arga takut, memiliki kekasih malah hanya menyiksa batin wanitanya saja.

 Sampai di pantai, Arga memarkirkan mobilnya yang tak jauh. Untuk menuju bibir laut ia hanya membutuhkan berjalan seratus meter saja.

Sebelum ia mendekat di bibir pantai, ia memesan minuman pada rumah makan yang ada. Seorang wanita cantik berkulit putih berambut lurus sedikit gelombang melayani nya.

Nampak bagi Arga wanita itu tak pantas sebagai pelayan rumah makan itu. "Mba, tolong nanti antar di bangku yang ada payung itu ya... Saya mau ke sana sebentar. Nanti panggil saja saya," ucap Arga sopan, sembari menunjuk ke arah bangku yang di sebut.

 Sang wanita tersenyum manis. "Oh ... Iya mas, nanti saya antar ke sana."

Arga membalas senyum. 

Ia lantas melanjutkan berjalan menuju bibir pantai yang dekat dengan air laut.

Mendekat pada titik di mana Raka dulu tenggelam.

Berdiri menatap luasnya lautan, Arga berkata dalam hati, "andai kamu kembali, andai kamu tiba-tiba berada di sini Raka!... Kenapa dulu kamu menolongku? Kenapa tak kamu biarkan saja aku yang tenggelam!" 

83385085182-20250202121126.png

Deburan ombak membasahi kaki Arga, sepoi angin laut, menelisik wajah dan telinga. 

Arga berharap Raka muncul di hadapannya. Laut masih nampak lengang pengunjung, karna waktu masih menunjukan pukul delapan pagi.

Arga melamun, rasa pusing tiba-tiba terasa, namun Arga tak perduli.

Ombak nampak besar datang, Arga tak sadar ia berjalan hampir menuju ke lautan, wanita cantik itu memanggil sembari mengingatkannya. "Mas! Ini minumannya! Mas nya ngapain berdiri di situ cepat menepi mas!" teriak wanita itu.

Arga tersadar dari lamunan, ia terkejut melihat ombak yang hampir mendekat, Arga segera menjauh. "Astaga ... Mikir apa aku!" Gumamnya.

Arga segera menemui wanita cantik pengantar minumannya.

.......

Arga menghampiri wanita cantik itu, wajahnya masih pucat karena terkejut. “Maaf, Mbak. Saya tadi melamun,” ucapnya sambil mengambil minuman yang dipegang wanita itu.

“Nggak apa-apa, Mas. Tapi hati-hati ya, ombaknya besar,” ujar wanita itu sambil tersenyum. “Nama saya Rosa, Mas. Mas Arga, kan?”

Arga tertegun. “Iya, Mbak. Kok Mbak tahu?”

Rosa tertawa kecil. “Saya tahu dari mas-mas tadi di sana ... Dia yang bilang kalau, mas, namanya Arga." Mata Rosa menuju di bangku ujung sana namun laki-laki yang Rosa maksud tidak ada.

Arga terdiam, matanya mengikuti arah Rosa menunjuknya, namun Arga tak melihat siapapun. “Mana, mba Rosa? Mana, mas-mas yang mba maksud?"

Lihat selengkapnya