Belenggu Masalalu

Dinar sen
Chapter #14

Tatapan yang penuh arti.

Arga dan Rossa pergi menuju danau, meninggalkan acara pemakaman ibu Hendro' di perjalanan tidak ada pembicaraan yang di bahas oleh Arga. Rossa yang belum lama mengenal Arga' tidak pernah tahu bagaimana sifat Arga.

Sementara Arga yang tengah menyetir, masih terngiang dengan ucapan Rezza teman Hendro, yang mengatakan' jika kehadiran Arga hanya mengganggu ketenangan Hendro.

"Apa maksud dia? Mengapa dia bilang kehadiranku hanya mengganggu Hendro?" Ucapnya dalam hati.

...

Setelah menempuh perjalanan sekitar lima belas menit, Arga dan Rossa akhirnya tiba di danau. Arga memarkir mobil di area parkir dan kemudian melangkah menuju tepi danau, dengan Rossa mengikutinya dari samping. Arga masih terdiam, tidak berbicara apa-apa, sementara Rossa merasakan Arga nampak berbeda dari yang pernah ia temui sebelumnya. Rossa berjalan sedikit tertinggal oleh Arga' nampak di hadapannya Arga tiba-tiba meraih batu kerikil dan melemparkannya ke tengah Danau.

"Arrrrrrggghhhh......! Brengsek!"

Arga berteriak, Rossa terkejut melihat reaksi Arga yang begitu keras.

"Arga, kenapa si, kamu?" Tanya Rossa, heran.

Arga tidak menjawab, dia hanya menatap ke dalam danau dengan mata yang kosong. Rossa bisa melihat bahwa Arga sedang mengalami sesuatu yang berat, ia tidak tahu bagaimana cara untuk menenangkan Arga.

Setelah beberapa saat, Rossa mencoba untuk berbicara lagi, "Arga, kalau kamu punya masalah, jangan kamu pendam sendiri ... Coba deh, kamu cerita."

Arga menghela nafas, menoleh pada Rossa, "Entah lah, Rossa." Arga lantas duduk di bebatuan kecil, melipat kakinya sembari ia mengambil sebatang kayu kecil di sampingnya.

Rossa mengerutkan alisnya,

"Kenapa, entah?" Tanya Rossa, sedikit menoleh pada Arga yang tengah duduk di bebatuan kecil di sampingnya, lalu Rossa fokus kembali pada air danau yang gemerlip terkena pancaran sinar matahari.

Arga menoleh kembali pada Rossa, tangannya meraih tangan Rossa, menariknya hingga kehilangan keseimbangan. Arga membuat Rossa terkejut, sampai Rossa terhuyung dan terduduk di disampingnya.

Rossa menoleh sedikit, "Arga! kamu ini!" Teriaknya kesal.

Arga tertawa cengengesan, puas mengerjai Rossa. Tidak ada kata maaf, tidak ada kata yang lain, semua yang di lakukan Arga hanya sekedar alih-alih menyenangkan diri, meski Rossa yang ia kerjai.

suasana di sekitar mereka sunyi dan tenang. Arga diam tak berkata kembali, membuat Rossa bingung.

Meski perasaan kesal di buat oleh Arga, Rossa mencoba bertanya kembali sebab ia masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada Arga.

Namun bukan jawaban yang Rossa pertanyakan, yang Arga beri. Justru godaan dari Arga dan juga curahan perasaan Arga yang Arga berikan pada Rossa.

Arga masih tidak mau, jika Rossa tahu dengan apa yang terjadi pada hidup Arga dan masalalunya.

Arga masih memegang tangan Rossa, tidak melepaskannya. Ia menatap Rossa dengan mata yang dalam, mencoba untuk membaca reaksi Rossa. Rossa merasa sedikit tidak nyaman dengan tatapan Arga, namun ia tidak menarik tangannya.

"Rossa, aku tidak mau kamu terlibat dalam masalahku," kata Arga tiba-tiba, suaranya rendah dan serius. "Aku hanya ingin kamu menjadi penenang hatiku yang kacau ini."

Rossa menatap Arga, bingung dengan apa yang Arga maksud. "Apa yang kamu bicarakan, Arga? Masalah apa yang kamu punya?" tanyanya, mencoba untuk memahami.

Arga menggelengkan kepalanya. "Tidak, Rossa. Aku tidak mau kamu tahu. Aku hanya ingin kamu ada di sini, bersamaku. Aku butuh seseorang seperti kamu untuk membuatku merasa lebih baik."

Lihat selengkapnya