Belenggu Masalalu

Dinar sen
Chapter #16

Teror di tengah hidup aman Arga

Arga duduk di kantornya yang luas dan elegan, menatap pemandangan kota dari jendela yang besar. Ia telah beberapa bulan menjabat sebagai CEO, dan semuanya berjalan dengan lancar. Arga merasa puas dengan kinerjanya selama ini, dan perusahaan telah menunjukkan kemajuan yang signifikan di bawah kepemimpinannya. Selain itu, dengan naiknya pangkat Arga sang ayah pun sedikit ada perubahan sikap, yang semula dingin dan senang membandingkan, kini berubah lebih banyak diam.

Tiba-tiba, ponselnya berdering. Arga menjawab panggilan itu, dan suara di seberang sana membuat darahnya serasa membeku.


"Arga, kamu tidak bisa lari selamanya," kata suara itu dengan nada yang dingin serta mengancam.

Arga merasa jantungnya berdetak kencang. Ia tidak tahu siapa yang berbicara, tetapi nada suara itu membuatnya merasa tidak nyaman.



"Siapa ini?" tanya Arga, berusaha untuk tetap tenang.



"Tidak penting siapa aku. Yang penting adalah kamu tahu bahwa kamu tidak bisa menyembunyikan kebenaran selamanya," jawab suara itu sebelum panggilan itu terputus.



Arga merasa terguncang. Ia tidak tahu apa maksud semua itu, tetapi ia merasa bahwa hidupnya sedang tidak baik. Ia mencoba untuk menghubungi nomor itu kembali, tetapi tidak ada jawaban bahkan nomor itu seketika tidak bisa di hubungi.



Arga memutuskan untuk menghubungi tim keamanannya untuk mencari tahu siapa yang berada di balik panggilan pengancam itu. Ia merasa bahwa ini adalah saatnya untuk meningkatkan keamanan dirinya dan perusahaannya.


....


*Siang*



Arga masih merasa terguncang setelah panggilan pengancam itu, tetapi ia mencoba untuk tetap tenang ketika Rossa masuk ke ruang kerjanya. Rossa membawa sebuah tas kecil yang berisi cappucino dan makan siang untuk Arga.


"Hai, Ga," kata Rossa dengan senyum manis. "Aku bawakan cappucino dan makan siang untukmu. Aku tahu kamu pasti sibuk hari ini."


Arga tersenyum lemah dan menerima cappucino serta makan siang dari Rossa. "Terima kasih, Rossa. Kamu selalu memikirkan aku," katanya sambil mencoba untuk menyembunyikan kekhawatirannya.


"Iya, sama-sama."


Rossa duduk di samping Arga yang mulai menikmati makanannya.

Tak lama Dita datang, dengan cerianya menyapa Arga. "Hai, Ga!" Ucapnya sembari memperhatikan sudah ada makanan di hadapan Arga. "Wah, sudah di bawakan makanan, toh?"


Arga mengangkat wajahnya menatap Dita, "eh, Dit. Sini makan bareng..." Anaknya nampak bersemangat.


Sementara Rossa menarik nafas dalam-dalam, Dita tak menyapanya sama sekali, ya merasa anak-anak di perusahaan itu, secara Dita adalah senior. Meski Rossa sudah menjadi kekasih Arga' nampaknya semua itu tak pengaruh bagi Dita tuk dekat dengan Arga. Rossa memperhatikan cara Dita bicara pada Arga, begitu ramah membuat hati cemburu.

Lihat selengkapnya