Pagi hari, Rea terbangun dengan kaki yang sakit, sepertinya terkilir sedari malam. Ia mengeluh sebal, dan menyunggingkan senyuman pahit, pada dirinya. Bertanya dalam hati, apakah rasa sakit itu pantas, untuk ditukar dengan kesenangan membalaskan sakit hatinya?
Berangkat kerja dengan kaki terpincang, tak menghentikan Rea mensyukuri apa yang sudah ia dapatkan. Ia merasa bersyukur bisa menikmati sedikit kebebasan, dari tatapan dingin sepasang mata abu-abu itu, 14 hour/day on the weekend!
"Rea, kakimu kenapa?" Tanya rekan sejawatnya, bingung menatap cara jalan managernya hari ini.
"Keseleo," jawab Rea singkat berharap tak ada pertanyaan lanjutan, karena ia menghilang, dibalik dinding pembatas meja kerja mereka.
"Baru dengar, orang yang suka pakai flat shoes bisa keseleo." gumam rekan kerja lainnya, mengintip ke dalam meja managernya penasaran.
"Jadi, kalian digaji untuk bergosip?" Sela suara wanita dingin, yang terkenal lebih galak, daripada singa ngamuk.
Semua orang terpekik kaget, dan segera kembali ke meja kerja mereka masing-masing, lalu sibuk dengan pc dihadapan mereka.
Mata hitam Rea berkedut sebal, menatap mata abu-abu arogan dihadapannya, selain mata galak si kepala bagian.
'Omg, don't you fell a little bit pitty to me?!' jerit Rea dalam hati, ketakutan menatap mata itu, juga tak menyangka akan bertemu dengannya disini, 'please, don't tell me, that man would be a big investor in this businnes! It's could be a big trouble to me!'
Pemilik mata abu-abu itu tersenyum sinis, menatap rea yang ketakutan. Ia sepertinya, sedang membisikkan sesuatu yang mengerikan.
'Welcome to the hell!!' diikuti cekikikan mengerikan, menegakkan seluruh bulu roma.
Rea memasuki ruangan rapat direksi, dimana kepala bagian dan lelaki bermata abu-abu duduk bersama, di sebuah meja oval dengan puluhan kursi kosong memenuhi sisi meja disisi yang lain.
"Jadi, saya akan diphk?" Tanya Rea hati-hati dengan pernyataanya, sambil mengutuk lelaki bermata abu-abu, di sebelah bosnya yang tersenyum sinis penuh arti, "apakah kinerja saya kurang baik?"
"Bukan begitu, Miss Khoshi," jawab kepala bagian tersenyum penuh arti menatap mata hitam Rea.
Jantung Rea mulai bertalu-talu tidak karuan, bertanya-tanya apa maksud panggilan dirinya ditempat ini.
"Perkenalkan, client kita yang akan melakukan transaksi besar, pada perusahaan Yuda," jelas kepala bagian menunjuk lelaki disebelah kanannya perlahan, diikuti pekik hopless didalam hati rea "Mr Virci Southland, dari Southland Corp."
Seluruh tubuh Rea seakan langsung dihempaskan, menuju neraka melalui jalan bebas hambatan, berkecepatan tinggi. Membuatnya speachless, tak mampu mengendalikan dirinya untuk menjerit dalam hati.
'No way! God, you're so cruel to me!'
"Rea, you must be proud of this," puji kepala bagian menatap managernya penuh perhatian, "jarang ada kejadian seperti ini, apalagi, Mr Southland langsung mengenali bakatmu yang amazing!"
"Jadi..." sambung Rea tak bersemangat, mendengar kelanjutan ucapan kepala bagian.
"Kau dimutasi ke perusahaannya untuk waktu yang tidak terbatas."
"What?!" pekik Rea kaget dengan ucapan terakhir kepala bagiannya.
Rea hendak membantah, namun tatapan dingin mata abu-abu lelaki itu, mengunci rapat mulutnya, setelah mengucapkan satu kata pamungkas itu.
"Saya tahu secara pribadi, saya juga kaget seperti dirimu, Miss Khoshi." Hibur kepala bagian menepuk pundak Rea perlahan "but live must go on, make your dream come true, in that big company."
Rea menghela nafas panjang, ucapan si kepala bagian membuatnya teringat akan tujuan sebenarnya, ia mendekati lelaki borjuis itu.
Rea membereskan meja kerjanya dengan cepat, seluruh rekan sejawatnya terlihat agak bingung, dengan mutasi dadakan ini.
Setelah menaruh semua barang kantornya, dilemari geser kamarnya, rea menatap sinis, mata abu-abu yang menatap ruangan itu miris.
"The power of money!" desis Rea sarkatis, berusaha terlihat lembut dengan memainkan nadanya seperti nyanyian.
"Salah sendiri jadi orang miskin!" Cela lelaki itu tak mau kalah.
"Kalo manusia itu lahir bole memilih, mana ada sih orang yang mau lahir jadi orang miskin, Virci."
"Yang penting sekarang, apa rencana selanjutnya?" Putar Virci tak mau membahas hal itu, menyentil dahi Rea keras, hukuman atas ucapan panas ditelinganya.
"Kalau kalah, mengakulah," cela Rea mengusap dahinya yang sakit "itulah seorang gentleman."
"Aku kan belum sepenuhnya jadi gentleman." ejek Virci terkekeh penuh arti, menatap cemberutan Rea.
Rea berdecak sebal, ia merasa percuma saja berdebat dengan banci ini!
"Apa rencanamu, Rea?" Lanjut Virci penasaran, membuka kulkas satu pintu disana, melihat isinya untuk membunuh kebosanan.
"Wanita mengerti perasaan wanita lainnya, begitupun sebaliknya," usul Rea tersenyum licik, memandangi Virci yang menatapnya kaget.
"Kau serius mau menghadapi kekasaran pacarku, yang sempat membuatmu gemetaran?" Ejek Virci penuh penghinaan, mengingat sosok menyedihkan di mobilnya saat itu.
"Aku lebih memilih wanita berprilaku kasar itu, daripada kelembutan pacarku yang membuatku meleleh," jelas Rea terlihat malas, juga tidak suka mengingat sosok pengecut itu "aku selalu speachless dihadapan mata coklat itu."
"Baguslah, mulai besok ikuti kelas ini." perintah Virci menyodorkan selembar brosur penuh warna, berwangi lembut mengusik penciuman Rea.
Rea mengenyitkan kening menatap semua tulisan itu, juga perilaku aneh Virci, yang langsung memberinya sebuah kalung bermata berlian, dengan karat yang lumayan besar.
"Pakai kalung itu, kala kau mengikuti kursus itu." pesan Virci menjatuhkan kalung itu ditangan Rea yang terbuka.
___
Wanita berambut sage menyeret kakinya, untuk berjalan memasuki bangunan megah, tempat kursus bagi orang-orang kaya di negri ini.
Ia sudah dibekali kartu platinum milik seorang lelaki juga paswordnya, untuk memudahkan dirinya memasuki tempat itu.
Kata lelaki dingin itu, sebagai reward juga punishment, karena melepas hellnya setelah keseleo, di pesta mewah, yang menyenangkan hatinya!
'Bingung kenapa aku disini?' Tanya wanita itu mengisi kekosongan berusaha mengecek kesiapan dirinya 'aku juga belum bisa mereka jalan pikiran lelaki itu!'
Ia terus bertarung dengan pikirannya sendiri, sementara petugas mengisikan form untuk dirinya, mengingat kartu platinum milik lelaki itu, bukan kartu sembarangan!
"Jadi, Miss Rea Khoshi, sesuai dengan petunjuk Mr Southland," sapa petugas berusaha membangunkan wanita dihadapannya, kembali ke kenyataan "anda akan mengikuti kelas, yang sama dengan Miss Costner."
"Tunggu, Miss Costner?" Ulang Rea perlahan, memastikan orang yang sama, seperti dalam pemikirannya benar adanya "Clea Costner yang itu?"
"Ya, dan mau apa kau kesini?!" Cela sebuah suara sinis dari belakang Rea, membuat wanita berambut sage segera berpaling, dan menatap tajam mata pink itu senang.
"Belajar menjadi istri yang baik tentunya, Miss Costner," sapa rea hangat, tersenyum manis karena bertemu secepat ini dengan preynya "bagaimana kabar anda hari ini?"
Clea segera menggerakkan tangan kanannya, hendak menampar pipi wanita kurang ajar itu, melepaskan kulit dari dagingnya kalau bisa!
Tangan Clea ditahan cepat oleh rea, ia menyeringai penuh arti menatap mata pink Clea tajam, seakan sudah memotong wanita flamboyan itu, tepat menjadi dua secara horizontal.
"Pura-pura jadi wanita lemah dihadapan para pria rupanya," cela Clea menyeringai puas, menyiramkan sejumlah air berwarna pekat, dari tangan kirinya yang membawa segelas, sewaktu ia masuk "menjijikan!"
"Miss Costner," pekik petugas reseptionis kaget bercampur simpati melihat perlakuan kasar Clea, pada wanita berambut sage itu "Miss Khoshi adalah titipan langsung Mr Southland, kalau sesuatu terjadi padanya, kami yang akan dirugikan disini. Jadi kami mohon, jaga kesopanan nona disini."
"Akan kubeli tempat ini, juga semua isinya jika kau keberatan akan caraku berprilaku!" Cela Clea menghempas tangan Rea, yang mencengram tangannya kencang, lalu menuding reseptionis kasar "dan kau akan kupecat!"
Clea berjalan keluar dari tempat itu, hatinya tidak tenang, dan terasa sudah diaduk dari dalam. Apalagi yang membuat matanya panas, Rea memakai kalung, yang ia kenali kemungkinan dari satu orang!
Clea memasuki limunsinnya, dimana supirnya sudah menunggu terlihat panik membuka pintu, tidak biasanya si nona keluar lebih cepat dari biasanya.