Kamar yang berantakan penuh dengan pakaian yang belum dilipat, buku yang berserakan sampah makanan yang belum dibuang itulah kamarku, kamar ternyaman bagiku.
Bukannya aku gak mau membereskan sih cuma rasa malas itulah yang membuatku tidak ingin melakukannya. Dikamar yang gelap tirai yang belum dibuka aku bermimpi sesosok pria tampan yang sedang memandangi diriku saat aku tidur pulas. Perlahan–lahan aku buka mata, mengucek beberapa kali.
“Apa ini mimpi?” gumamku dalam hati.
Dia ada disini duduk disampingku sambil tersenyum padaku, matanya yang sipit hidung mancung, bibir tipis merah muda, rambut hitam memperlihatkan dahinya yang lebar yang membuatku tergila–gila padanya.
Kemudian suara keras yang merusak gendang telinga ikut terbawa ke duniaku, dan aku langsung membuka mata karena kaget.
Ternyata Ibuku yang sedang teriak marah padaku, dia masuk ke kamarku dengan penuh emosi.
“BANGUN! Kamu tahu ini jam berapa?! Perempuan harusnya sudah didapur bantu ibu! Malah masih tidur!” bentak ibuku, emosinya sudah menjadi jadi.
Ibu yang selalu menghancurkan mimpiku bertemu dengan idolaku, yang hanya melihat di layar kaca handphone-ku, Ibu membuka tirai sambil mengomel dan yang paling aku benci ada kata kakakku di mulut Ibuku setiap hari Ibu selalu membandingkanku dengan kakakku, aku sangat benci, aku pernah berfikir,
APAKAH AKU INI BUKAN ANAKNYA
Pikiran itu menjadi momok bagiku yang tak bisa hilang dari pikiranku. Omelan ibuku seperti mendongeng itu membuatku perlahan–lahan memejamkan mataku.
Ibu yang tahu aku akan tidur kembali tiba–tiba memukulku dengan tangannya, pukulannya terasa sakit tapi tak berdarah.
“Mandi! Harusnya perempuan sudah mandi! harum! bukannya jorok! bau!”
Begitu tartil kalau bilang gitu. Telingaku rasanya akan meledak, aku sangat tidak suka disuruh, aku ingin melakukan apa yang ingin aku lakukan.
“Iya ini aku ambil baju!” jawabku dengan penuh kesal.
Mimpi yang tadinya membuatku tak ingin kembali ke dunia nyata harus pupus karena teriakan singa yang mengaum.
***
Angin yang berhembus, pagi yang cerah mengiringiku berjalan menuju sekolah, bertemu teman–teman dan sahabat tercintaku. Sambil mendengarkan music yang membuat mood ku lebih baik. "Nanananana" nyanyianku.
Tiba-tiba seseorang mengagetkanku, "Ahh!" teriakku.
Aku melihat kebelakang, Siska dan Mia mengagetkanku sehingga membuat jantungku copot seakan mati tapi hidup kembali. Dengan rasa ingin marah tapi aku tahu dia adalah sahabatku marahku pun mereda, mereka datang langsung mengobrol tentang idola masing–masing. Membuatku sangat senang, aku mendapatkan sahabat yang cocok denganku.
“Piga comeback cuy,” kata Mia girang.
“Aku tahu dan aku sudah streaming ratusan kali,” katanya Siska dengan bangganya.
“Aku pun juga,” imbuhku.