Hujan turun di musim panas, aku duduk memeluk kakiku. Kepala kusandarkan ke jendela. berdiam melamun dekat jendela kaca berbentuk seperti pintu rumah. Tapi jendela ini aku tutup agar air hujan tak masuk ke kamar. Aku menatap sedih dengan mengenakan pakaian overall dress hitam dipadukan sweater rajut berkerah berwarna putih. Tatapan yang sendu, pelupuk dan kelopak mataku membengkak. Semalaman aku tidak memejamkan mataku hanya karena karena masalah itu menguras air mata, padahal sudah satu bulan ini, sejak peristiwa itu terjadi. Tapi kenapa otakku masih menyimpan memori itu.
Suara rintikan hujan terdengar sangat keras, hingga membuat tidurku tidak nyenyak tadi malam, aku kembali teringat dan luka menyebar. Aku mencintaimu tapi aku bisa apa, mengerti kalau dirimu sudah ada yang punya. Dan tak kusangka malam itu bisa terjadi peristiwa yang tak terlupakan. Aku paham aku ini siapa, tapi bagaimana lagi aku terlanjur menyukaimu. Kenyataan tak bisa bersamamu menjadi sebuah kebencianku. Aku ingin marah ingin meluapkan amarahku, tapi tak bisa. Aku terus meneteskan air mata ini. Aku ingin berhenti tapi tak bisa, kenapa air mataku terus jatuh. Kenapa otakku terus mengingat hal kemarin, why!. Perasaan cewek terlalu rapuh banget sih!.
Terdengar suara langkah kaki yang sedang berjalan menghampiriku.
"Ayo makan," ucap Siska.
Aku masih terdiam.
"Bella, ayo makan. Jangan seperti ini. Aku tahu perasaanmu. Benar, memang sakit, sangat sakit. Tapi kamu gak boleh begini. Kamu harus kuat, karena seorang perempuan harus kuat gak boleh lemah," pungkas Siska.
Siska masuk ke kamar dengan memakai kaos kuning dan celana training membawakan makanan untukku. Rambut yang dikuncir memakai motif pita berwarna merah. Benar aku harus kuat, kalau ini sudah menjadi garisku aku ikhlas lahir dan batin. Semua harus kulupakan meskipun berat dilakukan. Aduh kataku seperti puisi tersedih aja.
Siska membawakanku makanan dan minuman. Dia berjalan mengarahku dan duduk dihadapanku. Aku melihat sedikit. Dia membawakan Binte Biluhuta yang terdiri dari jagung, ikan atau udang yang di racik sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu menu yang sangat lezat dan panas serta memiliki tiga rasa yang khas yakni manis, asin dan pedas dan minuman berupa susu coklat panas.
Siska mengambil sesendok untuk menyuapiku. Tapi aku masih membungkam mulut. “Ayolah makan sedikit aja ya,” dia merayuku dengan nada suara lembut. Maafkan aku Siska, aku gak bisa menerima perintahmu. Hatiku masih perih, tolong jangan ajak aku bicara apalagi memaksaku untuk makan
Aku mendengar suara keras menaiki tangga, langkah itu begitu cepat. Seseorang masuk ke kamar. Dia berjalan mendatangiku.
“Apa Bella sudah makan?” suara sopran itu pun datang.
“Belum," jawab Siska.
“Kenapa lo gak makan? heh! lo itu jangan bodoh jadi cewek! Cuma gitu doang lo nangis! Hati cewek gak seperti itu juga Bell! Lo harus bangkit! buat mereka ngerasa apa yang lo rasain! Lo jangan jadi wanita pengecut Bell!" Suara Mia membentak diriku dengan keras, membuat hatiku sakit hanya menahan sesak di dadaku.
Handphone-ku bergetar dengan keras. Hingga aku mendengar suaranya. “Kakakmu telepon,” ucap Mia sambil menjulurkan tangannya yang memegang handphoneku.
“Halo!” Mia menjawab teleponku dengan nada marah.
“Dimana Bella?!”