Aku pulang malam, aku geser gerbang rumah dan ku geser kembali ke tempat semula. Aku berjalan, seluruh tubuh masih ada bekas kue. Tapi hari ini Ibu tidak dirumah, dia ada acara arisan dirumah tetangga. Jadi aku gak kena marah hari ini.
Saat aku membuka pintu, dan langkah kakiku masuk ke rumah, tak lupa aku tutup pintu. Aku naik anak tangga menuju ke kamar. Aku buka pintu kamar lalu kunyalakan lampu, aku melepaskan tas dan kulemparkan ke kasur.
Kemudian di meja belajar ada sebuah kotak berukuran sedang, berwarna coklat dan ada surat bermotif kepala kucing. Bertuliskan dari Ibu.
Aku membuka apa yang ada di dalam kotak. Setelah aku buka, ada kotak lagi, aku buka lagi, muncul kotak lagi, aku buka lagi, muncul kotak lagi. Aku mulai emosi, tapi aku tahan siapa tahu setelah ini ada hadiah yang istimewa.
Aku buka lagi, ternyata masih muncul sebuah kotak lagi. Aku kocok-kocok, ada suara didalam. Membuatku penasaran, apa isinya sebuah cincin mahal?
Aku mulai membuka kotak itu sampai ke kotak terkecil. Saat aku buka ternyata sebuah batu kecil dan ada surat yang digulung. Batu kecil dan gulungan kertas diikat dengan tali rafia.
“Apa-apaan nih, hanya batu. Aku susah payah membuka, hasilnya cuma batu."
Aku buka apa isi suratnya.
“ADIKKU KENA PRANK. UDAH BESAR MASIH AJA BISA DIBOHONGIN, MASIH NGAREP DIKASIH HADIAH YA. WKWKWK. YANG SABAR YA ADIKKU YANG MALANG. KKKKK. SELAMAT ULANG TAHUN YA. AKU DOAKAN SEMOGA APA YANG KAMU INGINKAN SEGERA TERCAPAI. AAMIIN.”
Aku remas-remas kertas dan kulempar kertas itu, dan ku injak-injak kertasnya hingga meja disampingku bergetar. Aku mulai teriak kesal.
“Jeeeeeennnnnnnnyyyyyyyyy!!!” teriakku.
Aku sangat kesal, di hari ulang tahunku seharusnya aku mendapatkan hadiah, tapi apa ini. Aku dipermainkan sama Jenny.
“Awas aja ya kamu Jen!”
Aku tendang kotak yang diletakkan di lantai. Aku ambil handphone di tasku. Aku telfon Jenny tapi dia tak mengangkat. Pastinya dia sengaja mengabaikan telfonku. Ok gak masalah, permainanku belum aku mulai Jen.
Tunggu hari pembalasanku. Sial sial sial, kemarin aja dia menggangguku, sekarang nambah lagi. Kayaknya hukuman apa yang pantas buat dia. Kalau bunuh itu dosa, kalau dibiarkan menjadi-jadi. Seharusnya aku itu punya kakak laki-laki bukan perempuan. Kalau punya kakak laki-laki pasti bahagia seperti Siska. Apapun yang dia mau pasti dikabulkan sama kakaknya, beda lagi sama yang satu ini.
Bajuku kotor, aku bersihin badan dulu kalau gitu, kalau mengurus Jenny gak akan selesai hidupku. Handuk warna merah muda aku ambil di jemuran handuk aluminium. Dan sandal yang tadinya swallow kuganti sandal hello kity buat masuk kamar mandi.
***
Hari ini sangat melelahkan, tulang-tulangku seakan mau patah. Aku menjemur pakaian di atas atap rumah. Hari ini panas sekali, gak ada mendung yang bergerak di langit. Aku ingin sekali hujan, tapi kalau hujan kasihan jemuranku yang banyak ini. Kalau turun hujan yang kumau hanya hujan bukannya hujan dicampur petir dan badai. Sangat menakutkan di cuaca hujan, syukur-syukur hanya hujan gerimis.
Ponselku berdering, aku gak bisa melihat karena pantulan cahaya dari atas, kemudian aku pergi ke tempat yang teduh. Saat kulihat ternyata iblis itu yang menelponku. Apa mungkin dia minta maaf, kayaknya gak mungkin, disambar apa dia kalau sampai minta maaf, jangan ngarep Bella. Tapi, aku angkat gak ya? gak aja deh, pasti dia buat aku emosi lagi.
Aku tolak panggilannya lalu masuk ke rumah. Belum lama aku tolak dia telfon lagi. Aku bimbang, angkat gak ya? kalau angkat pasti kayak kemarin, padahal udah mau move on. Tapi karena aku penasaran jadi aku angkat.
"Hallo!" ucapku kasar.