Masuk kamar yang tertata rapi, tidak seperti kamarku, apalagi warnanya tak sama lagi, kali bernuansa gelap. Aku sungguh tidak menyukainya. Mataku langsung terfokuskan ke sebuah komputer hitam yang berada di dekat jendela dengan tirai putih. Jari telunjukku menekan tombol warna silver dan berubah menjadi red colour, sepertinya komputer ini masih baru karena terlihat bersih tidak ada noda sedikitpun. Jika lama pasti ada spider disini. Komputer menyala terang menuju ke halaman desktop. Anehnya disini tidak ada aplikasi apapun yang ada hanya untuk aplikasi buat mengetik saja, aplikasi music pun tidak ada, apalagi game. Dan anehnya untuk membuka internet gak ada juga. Parah banget, padahal dalam hati sudah berharap penuh dengan komputer, ternyata harapanku pupus.
Seperti manusia yang gak ada manfaatnya di dunia, gak ada yang menarik. Terus ini gimana apa aku harus melihat layarnya saja. Pastinya si Jenny sengaja melakukan ini supaya aku giat belajar, maaf ya Jen diriku bukan dirimu dan aku paling benci yang namanya belajar jangan berusaha memaksaku ya Jen.
Aku mulai bosan aku gak tahu harus ngapain. Gak ada yang menarik di kamar ini, Buka handphone cuma itu-itu aja bosan. Apakah aku akan betah disini, benar-benar menjengkelkan. Buka komputer gak ada artinya kututup kembali dengan menekan alt + f4, pintar sekali aku menghafalkannya. ku tinggalkan komputer sendiri dan aku rebahan dikasur baruku, empuk juga sih tapi masih nyaman kamarku dulu.
Kunyalakan handphone, kubuka ig. postingannya masih sama, foto dengan kucingnya yang menggemaskan, lebat bulunya, mata yang bulat. Dan aku ingin sekali memiliki kucing, tapi aku kasihan nanti dia disini, si Jenny tidak suka kucing dia alergi bulu kucing. Hidup kalau sama Jenny itu gak bahagia banget, apalagi tadi udah main kontrak, seharusnya dia itu lemah lembut kepada adiknya, apalagi aku adik satu-satunya, seharusnya aku dimanja seperti adik pada umumnya.
Udara terasa panas aku menjadi sangat gerah di dalam kamar. Aku bangun dari kasur dan beranjak dari tempat tidur lalu membuka jendela, melihat dunia luar yang baru, tidak ada bintang sama sekali di atas. “Apa hujan akan turun?” kataku yang bicara sendiri, kubiarkan angin masuk kedalam kamar. Jika nanti akan turun hujan, turunlah dengan deras, aku ingin menumpahkan rasa sedihku pada hujan.
Perlahan hujan mulai turun dan aku masih disini melamun sambil membayangkan tentang hujan. Hujan punya alasan kenapa ia jatuh, tapi aku tidak punya alasan mengapa hatiku jatuh kepadamu.
Aku kembali ke tempat tidur dan bermain handphone. Karena sudah tak ada lagi tempat bermainku kecuali handphone. Disaat aku mulai asyik melihat music video PIGA tiba tiba terdengar suara DDUUUAARR!
“Aaaaaaaaaaa!” Aku langsung kaget teriak keras. Dan bersembunyi dalam selimut.
Suara petir yang mengagetkanku, dari luar ada cahaya seperti cahaya lampu foto studio yang sedang memfoto. Aku mulai takut. Suara hujan dari jauh terdengar, seperti hujan lebat akan datang, aku bangun dan berjalan menutup jendela dan mengunci, kututup tirai jendela. Kubiarkan lampu kamar menyala terang karena aku takut kegelapan. Handphoneku mati kan, aku taruh di atas meja dan langsung ke tempat tidur dan sembunyi di dalam selimut lagi.
Kenapa ada petir, dan hujan lebat, aku sangat takut dengan cuaca seperti itu, jika aku pergi ke kamar Jenny, pastinya aku diusir. Tapi aku pikir-pikir, dengan rumah sebesar ini, bisa-bisanya Jenny gak takut. Paling sebenarnya dia takut cuma menutupi aja, biar dibilang orang kuat.
Berkali-kali petir menyambar, rasanya sangat dekat. Terasa berada di atas atap, aku takut kesambar. “Tolong pergilah,” badanku berkeringat dan sangat ketakutan. Tapi, perlahan-lahan aku mulai tertidur.
***