Pagi hari aku menalikan sepatu di depan pintu, ku bentuk tali sepatu seperti pita. Kedua sepatu sudah ditali dengan rapi. Tiba-tiba tasnya Jenny membiarkan memukul kepalaku bagian belakang.
"Ups sorry gak sengaja," kata Jenny tanpa rasa bersalah, dan dia pergi begitu saja tanpa bilang minta maaf kek, apa kek langsung main pergi aja. Bukannya dikasih tumpangan malah membawa mobilnya pergi. Jadi aku harus berangkat sendiri tanpa diantar. Dasar gak punya perikemanusiaan. Punya good looking tapi attitude gak punya. Ya begitulah, yang good looking lebih dihargai daripada yang good attitude.
***
Berjalan santai, dan aku melihat wajah siswa siswi memandangiku.
"Kenapa dengan mereka?" gumamku dalam hati. Aku memegang pipiku dan rambut, siapa tahu ada yang aneh.
Aku mengeluarkan handphone di sakuku lalu berkaca, tak ada masalah apapun di wajahku. Aku mulai bingung dan melihat sekitar, mereka seperti menertawaiku. "Kenapa sih kalian! kalian lihat apa!" kataku yang berteriak ke mereka, tapi tetap saja mereka menertawaiku.
Suara tertawa lepas dari belakang, aku menoleh ke belakang ternyata Siska dan Mia. "Kalian kenapa sih ketawa-ketawa gak jelas," kataku, mukaku menjadi kesal karena mereka. Mereka tetap saja tertawa seperti ada hal lucu pada diriku, tapi apa.
"Heh itu beneran lo?" kata Mia sambil tertawa.
"Apanya!" tanyaku penasaran.
"Lucu banget, ya ampun perutku," kata Siska sembari memegangi perutnya sambil ketawa. Sebenarnya ada apa sih aku penasaran.
"Sebenarnya ada apa!" tanyaku sambil teriak marah, alisku mulai mengkerut.
"Lihat ta ta tasmu," kata Siska sambil gagap gak kuatnya dia tertawa.
Aku melepaskan tasku dan aku mulai mengecek. Dan aku mulai menahan emosi. Ternyata di depan tasku berwarna merah muda ini terpasang foto wajahku yang ukurannya disamakan dengan bagian depan. Iya kalau foto cantik gak apa-apa. Tapi ini, ya ampun foto yang memalukan banget. Berjanggut dua, mata yang sedikit terbuka, mulut terbuka sedikit dan lidah keluar sedikit, kepala miring, dan bola mataku mengarah ke atas. Ini semua pasti kelakuan Jenny. Dia tak berhentinya menggodaku, apalagi ini mempermalukanku di depan umum. Sampai mereka semua melihatku. Akan ku balas kau nanti.
Didalam kelas, semua siswa siswi sangat berisik hingga membuat telingaku panas.
"Dddddiiiiiiaaaaammmmmm!!!!!!!!!" teriakku, hingga membuat mereka semua melihatku. Aku sangat emosi akan hal pagi tadi. Semua orang berbisik satu sama lain, membicarakan diriku. "Kalo mau ngomong, ngomong aja! gak usah ghibah!" bentakku.
Mereka tetap saja. Mia dan Siska datang "Ini diminum," kata Mia, dia membawakanku minuman dingin. Mungkin pikirnya otakku akan damai dengan meminum minuman dingin.
"Udahlah gak usah dipikir," kata Siska, sorot mataku langsung menatap Siska dengan tajam. "Maksud aku..." dia mulai terbata-bata "... maksud aku, ya gak usah jadi beban pikiran," katanya yang gak ada manfaatnya.
"Bella, jangan marah dong, nanti cantiknya ilang loh, senyum," kata Mia mencoba menenangkan hatiku. Aku masih jatuh kedalam emosiku, sangat sulit untuk mengontrol.
"Gimana kalau minggu kita jalan-jalan ke gedungnya PIGA... aku yang traktir, kalian mau apa, aku yang bayar," kata Siska yang seolah masih berusaha menenangkan hatiku.
"Yang bener," kata Mia, yang dikira gak percaya dengan omongan Siska.
"Gimana Bel? kamu mau gak? sekalian aku booking orangnya," kata Siska merayu.
"Wow, amazing," ucap Mia.
"Ayolah, jangan marah gitu," Siska merayuku begitupun Mia, dan pada akhirnya aku pun tersenyum.
***