Aku, Mia dan Siska sedang masa liburan sekolah. Pertengahan tahun akan menjadi senior yang ditakuti adik kelas. Pangkat yang selalu dinanti, kalian harus melalui masa sulit dulu di kelas satu. Senior dan junior memang beda, jika kalian mengontak langsung mata senior pasti kalian akan menjadi incaran para senior. Hidup memang seperti itu, kalian harus takut sama senior.
Apa ini maksudnya? seniorkan juga manusia, tapi aku tidak akan menjadi senior jahat. Aku akan menjadi senior yang baik untuk juniorku. Cuaca sangat panas membuat kami sangat gerah ingin sekali melepas baju. Kami menunggu jemputan di bandara Domine Eduard Osok, Sorong. Suara kerumunan orang yang sangat keras membuat seperti tempat pasar. Siska terus mengecek jam di tangannya karena mobil yang akan menjemput kita tidak segera datang membuat kita menunggu lama. Orang-orang datang dan pergi ke bandara. Membawa bawaan berat sampai ringan.
Di belakang samping ada seorang anak kecil berambut hitam yang rambutnya di anyam sangat cantik. Dia sepertinya sekitar umur 5 tahun. Memegang boneka manekin, mengelus-elus rambut boneka yang berwarna pirang. Dia berkulit putih, pipi yang berisi, sangat lucu dilihat.
“Kenapa lama banget sih,” kata Mia yang sudah tak tahan ditempat ini. Dia melepaskan hoodie abu-abunya. Siska berkali-kali menelpon, dia seperti emosi sekali hari ini.
“Kenapa dia gak angkat sih!” kata Siska kesal. Mobil van kuno berwarna coklat susu berhenti di depan kami. “Kamu dari mana saja!” kata Siska marah-marah ke bapak-bapak tua sedikit berambut putih di pinggir rambut depan.
Dia memakai baju kotak, celana longgar.
“Saya minta maaf, tadi bannya mendadak bocor,” jawabnya dengan nada menyesal.
“Masukkan barang-barangnya!” kata Siska dia sudah gak mood, terlihat dari gaya bicara dan ekspresinya yang kesal.
Aku dan Mia membantu sopir memasukkan barang-barang kami di dalam van. Setelah semua barang dimasukkan, aku naik duluan setelah itu Mia. Pak sopir naik, menutup pintu, menyalakan mobil, mobil pun bergerak meninggalkan bandara.
***
Didalam perjalanan Siska sudah tertidur, kepalanya mendongak keatas sambil mulut terbuka. Jendela dibiarkan terbuka agar angin bisa masuk ke dalam mobil. Mia juga tertidur pulas, tangan dilipat, kepala bersandar di jendela. Aku berada ditengah-tengah mereka, aku melihat kedepan ada sebuah jalan hitam yang terdapat garis putih ditengah. Melihat pemandangan yang indah diluar kaca, aku terdiam melihat keindahan di negeri ini yang tiada tandingannya.
Mereka membawaku ke tempat yang sangat indah yang hanya bisa dilihat disini. Perjalanan dari Surabaya sampai disini memakan waktu 3 jam, dan sekarang kita akan menuju ke pelabuhan Sorong yang akan memakan waktu tiga belas menit untuk sampai ke tempat.
***
Kami pun berada dipelabuhan untuk melanjutkan perjalanan di tengah panasnya terik matahari tepat jarum dua belas. Matahari diatasku. Kami masuk ke dalam kapal. Di dalam kapal masih banyak tempat duduk yang kosong. Perjalan yang ditempuh kisaran 2 jam sampai di pelabuhan selanjutnya. Aku perlahan-lahan mulai tertidur.
Tidak banyak yang dapat kami lihat sepanjang perjalanan, hanya lautan lepas dan sesekali pulau-pulau kecil tampak dari kejauhan. Semua terlihat sama hingga sebuah dermaga muncul di pandangan dan terselip diantara 3 pulau yang berukuran sedang.
Setiba disana cuaca masih panas kami dijemput dengan sebuah kapal, kami pun menaiki lagi untuk ke tempat penginapan. Perjalanan memakan waktu setengah jam, aku masih mengantuk. Sepertinya aku kelelahan dalam perjalanan, aku tidur di bahunya Mia. Aku gak tahu bagaimana perjalanan yang akan kulihat. Tapi aku tidak bisa tidur dan mulai perlahan terbangun.
“Kamu pengen lihat?” kata Mia. Kemudian aku beranjak dari kursi melihat keluar suasana diluar. Aku sebenarnya sangat tercengang berlibur di sini. Kami menikmati pemandangan laut, angin yang mendatangi kami, rambut berkibar layaknya sebuah bendera berkibar di ujung atas tiang. Ekosistem bawah laut yang masih lengkap tersebut bakal memanjakan setiap pasang mata yang sedang menyelami keindahan. Ingin sekali diriku diving di dalam laut. Melihat pemandangan dalam laut yang indah.
Mia dan Siska sibuk main handphone sendiri. Berfoto dengan gaya so cute. Aku seperti biasanya hanya terdiam. Aku tidak memiliki semangat yang membara di tubuhku.
“Bell ayo foto!” kata Siska mengajak untuk berfoto bersamanya.