BELLA DAN JENNY

Ira A. Margireta
Chapter #21

21. Percakapan Saudara

Di hari minggu disibukkan dengan pekerjaan rumah yang belum selesai sejak satu bulan ini. Aku belum mendapatkan sebuah gambaran imajinasi dalam otak kecilku. Deadline seminggu lagi. Apa yang harus aku tulis, apa aku harus menyalin dari internet?. Itu bakal ketahuan. 

“Genre romance… aku bahkan gak pernah melakukan adegan romance dalam hidupku,” kataku kemudian bersandar di kursi sambil berfikir.

“Bella! Bella!” teriakan Jenny masuk ke dalam kamar.

“Aish, tuh anak kenapa lagi sih!” kesalku. “Kenapa!” jawabku teriak.

“Cepatlah kemari! cepat! cepat!” teriaknya.

“Aku sedang sibuk!” jawabku teriak.

“Cepat kesini!” teriak Jenny.

“Apa sih!” kataku kesal sambil melemparkan pulpen ke meja belajar.

Aku turun tangga dengan cepat dan menemui Jenny yang sedang berbaring di sofa dengan bermain handphone.

“Ada apaan sih!” kataku kesal.

“Ambilin minum,” kata Jenny dengan muka yang menjengkelkan.

“Lo kan punya kaki, kenapa menyuruhku!” kataku kesal.

Melihat ke dapur. “Terlalu jauh,” kata Jenny bertingkah imut.

“Ambil sendiri, aku sibuk!” kataku yang kemudian berjalan pergi.

“Bella! Bella! Bella! Bbbeelllaaa!!!” teriak Jenny yang membuatku muak. Teriak sepuasnya, gue gak akan merespon lagi.

 

Di ruang tengah, aku sedang menonton tv sambil mengerjakan tugasku yang belum terselesaikan. Siapa tau dengan menonton dapat inspirasi. Tapi, ternyata gak semanis ekspektasi. 

Melihat kembali ke tugas, dengan tatapan kosong. Melihat kertas kosong yang belum terdapat tinta. 

“Tau ah! udah gak ada imajinasi dalam mengerjakan, tinggalin aja deh,” keluhku.

 

DDDRRRTT!!! DDDRRRTT!!! DDDRRRTT!!!

Sebuah pesan masuk.

“Sedang apa?” pesan Leo.

“Sedang bingung,” jawabku.

“Bingung kenapa?” tanya Leo.

“Aku dikasih tugas sama dosen suruh bikin drama mini, genrenya romance… aku gak tau tentang hal itu,” jawabku.

“Mending kamu lihat di drama, film, novel, komik genre romance. Siapa tau dapat inspirasi,” terangnya.

“Males baca, males nonton,” jawabku.

“Kalau begitu, kapan selesai tugasnya,” pesan Leo.

Kepalaku kusandarkan di meja. Kemudian masuk grup teater. Naskah sudah di share di grup. 

“Yaelah, kenapa dapet protagonis sih!” kataku kesal.

Menggeletakkan handphone.

Pesan Leo dari tidak diteruskan kembali. Karena masih bertengkar dengan pikiran.

 

DDDRRRTT!!! DDDRRRTT!!! DDDRRRTT!!!

Pesan masuk.

“Air,” Pesan dari Jenny.

Dia membuatku muak, jengkel, kesal, pengen marah, pengen makan orang.

“Ambil aja sendiri!” teriakku sekencang-kencangnya. 

 

Kepala bersandar di sofa. Menggeletakkan handphone di sofa. Menghela nafas dalam-dalam.

 

DDDRRRTT!!! DDDRRRTT!!! DDDRRRTT!!!

Pesan masuk.

“Mau aku traktir makan?” pesan Jenny.

“Ogah!” balasku.

“Beneran gak mau?” tanya Jenny.

“Lo beneran traktir gue?” tanyaku.

“Kapan aku berbohong, mau atau gak mau?” tanya Jenny.

“Ok, gue sudah dibawah. ayo berangkat!” balasku.

  

Lihat selengkapnya