Sebelum ke acara pelelangan, aku sedang membersihkan diri di kamar mandi. Tiba-tiba lampu mati.
"Kak! Lampunya mati!" teriakku.
Tidak ada jawaban dari luar.
"Kak! Jenny! Jenny! Lampunya mati!" teriakku lagi.
Membersihkan mulut walaupun sepenuhnya belum bersih. Memakai baju handuk lalu berjalan ke pintu. Saat membuka pintu, pintu terkunci.
"Kok gak bisa dibuka."
Mendobrak pintu, tetep gak bisa dibuka.
"Jenny! Jeeenn!!! Bukain woy!!! Lo jadi orang jangan iseng! Jeeennn!!!" teriak kesal sambil memukul pintu.
Kemudian mendengar lagu kidung jawa. Aku langsung menjerit sambil mendobrak-dobrak pintu.
Selang satu jam. Sekarang giliran Jenny di kamar mandi.
Jenny sedang berendam di bathtub sambil membaca majalah. Kemudian, lampu mati, nyala lagi, mati lagi, nyala lagi, mati lagi, terus berulang kali.
"Lampunya kenapa sih! Konslet apa gimana?" gumam jenny. "Woy! Ada orang di dalem! Siapa yang main lampu! Woy!" teriak Jenny.
Mengambil handuk untuk dipakai. Berjalan menuju ke pintu. Pintu terkunci.
"Woy! Bukain pintunya woy!" teriak jenny sambil memukul pintu. "Sial! Siapa sih yang ngunci!" umpat jenny.
Terus mendobrak-dobrak. Tidak ada jawaban dari luar. Kemudian terdengar suara kuntilanak. Jenny langsung menjerit ketakutan.
"Aaaaa!!!"
Dan ternyata itu semua ulah Ibuku sendiri yang membuat aku dan Jenny ketakutan di kamar mandi. Hadeh, Ibu.
***
Aku memakai gaun yang dipilih Jenny. Memakai gaun warna merah mencolok. Sedangkan Jenny memakai gaun ungu terong. Acara seperti ini seperti pertemuan calon mertua aja.
“Haruskah kita seperti ini?” tanyaku.
“Kamu gak kuat?” tanya jenny.
"Aku gapapa kok, udah terbiasa, " jawabku.
Ibu sangat bersemangat. Memakai pakaian mewah tak lupa memakai high heels. Aku sungguh tidak tahu pemikiran seorang wanita berumur 50 tahun ini.
Saat berjalan, tiba-tiba kaki Ibu terkilir. Untung Ibu bisa seimbang, kalau sampai jatuh, sudah banyak tertawaan orang-orang. Dan gak mungkin juga aku dan Jenny diam berdiri melihat Ibu jatuh.
"Untung aja," kata Jenny.
"Hati-hati Bu." kataku.
"Kan Jenny udah bilang pakai sepatu aja, malah ikut-ikutan pakai High Heels," kata Jenny.
"Ya kan Ibu pengen muda seperti kalian, masa gak boleh," jawab Ibu cemberut.
"Iya-iya, pokoknya jalannya harus hati-hati," kata Jenny.
***