Aku telah sampai tujuan. Ada jadwal pemotretan di mall besar yang terkenal. Sesampai disana, aku mendengar suara laki-laki bernyanyi tapi, ku abaikan. Tiba-tiba laki-laki tersebut menghentikan langkahku. Dia sekarang berada di depanku sedang berjongkok.
“Maaf Mas, anda ganggu jalan kami!” kata Manajer.
“Aku tidak akan pergi, sebelum aku mengatakan sesuatu ke kamu. walaupun kita kenal semalam, tapi aku sangat cinta padamu saat pandangan pertama,” kata laki-laki tersebut sembari memberikan cincin berlian. Dia bernama Barra.
“Gila ya nih orang bikin malu gue! ini semua gara-gara Jenny!” gumamku dalam hati.
“Apa kamu bisa kasih aku satu kesempatan, agar aku bisa menjagamu seumur hidup? Bella menikahlah denganku,” perkataan Barra mengundang omongan orang.
Aku menjadi pusat perhatian gara-gara dia. Seperti apa beritaku di internet nanti. Manajerku akan turun tangan, tapi aku cegah agar tidak menimbulkan masalah.
“Maaf, aku tidak bisa menerimamu, aku sedang ada urusan, aku pergi dulu!” aku menghindar darinya dan juga Manajer mengikutiku.
Tiba-tiba dia menghentikan langkahku lagi. “Aku tau aku manusia tidak sempurna, tapi aku akan berusaha memberikan kehidupan yang kamu mau! dan aku akan berusaha membuatmu bahagia! kumohon jangan tolak aku!”
“Terima terima terima terima…” teriakan orang-orang yang membuatku sakit kepala.
“Kau hanyalah pria yang melakukan kencan buta denganku, dan kita hanya bertemu sekali. Apa aku harus mengatakan dengan lantang disini. Tuan Barra yang terhormat, aku, tidak, menyukaimu! tolong jangan ganggu aku lagi!” aku hampir kehilangan kesabaran.
“Tidak! aku menolak! selama kau tidak punya pacar. aku tidak akan menyerah, aku akan tetap mengejarmu!” bentak Barra.
“Siapa yang bilang dia tidak punya pacar?!” suara laki-laki yang pernah aku dengar.
Aku menoleh dan ternyata benar dia. “Kenapa kau ada disini?” tanyaku. Leo mengabaikanku.
“Kau! mana mungkin dia punya pacar! kalau dia punya, bagaimana mungkin dia berkencan buta denganku?!” kata Barra kesal dan marah.
“Sepertinya, aku tidak usah menjelaskan hubunganku dengan Bella, sekarang, kau pergi dari sini!” bentak Leo.
Barra merasa sakit hati. Dia melempar bunga dan mengatakan kata umpatan kepadaku.
“Terimakasih sudah membantuku mengusirnya,” kataku. Aku berbalik dan akan melangkah pergi.
“Kenapa kau melakukan hal seperti ini untuk melupakanku," kata Leo.
“Ini urusanku, tidak ada hubungannya denganmu!” jawabku.
“Bella, kalau kau bersedia, kita bisa kembali seperti dulu lagi,” kata Leo yang masih mengharapkanku.
“Aku sudah memberimu ratusan jawaban, hubungan kita sudah berakhir sejak lama!” kataku, yang kemudian berjalan meninggalkannya.
***
Hari ini sangat lelah, aku merebahkan diri di atas sofa. Tiba-tiba ada seseorang yang melemparkan sesuatu di atas perutku. Ternyata Jenny melemparkan handphonenya.
“Kenapa denganmu?” tanyaku.
“Lihat!” kata Jenny.
Aku melihat, dan aku tersentak kaget.
“Apa yang harus kau lakukan, apa kau mengumumkan hubunganmu dengan Enggar?” tanya Jenny yang tidak membantuku sama sekali.
“Kau bodoh! aku tidak ada hubungan apapun dengan Enggar! itu hanya masalah kecil, dan aku juga tidak tau dengan kedatangan Enggar!” bentakku.
“Terus? apa kau melukai Enggar? aku tau semua, kalau Enggar suka sama kamu!” ketus Jenny.
Aku terdiam, aku gak mau menyakitinya juga. Apalagi dia juga pernah menyatakan cintanya padaku.
“Aku gak bisa menolongmu,” kata Jenny. Kemudian pergi.
"Ini semua gara-gara lo juga! kenapa lo rekomendasikan gue ke laki--laki itu! jika lo gak bikin ulah, ini semua gak bakal terjadi!" aku marah membanting vas bunga kesayangan Jenny. Jenny mengabaikanku begitu saja tanpa tanggung jawab.
Aku sangat kesal, ingin sekali memberontak. Menghancurkan semuanya. Kenapa aku dan dia harus bertemu sampai seperti ini. Kenapa dengan diriku? kenapa harus aku?
----------------------------------------------------------------------------------------
FLASHBACK
Pada saat itu, aku sedang melakukan pemotretan. Tidak disangka Enggar datang membawa makanan. Padahal aku sudah melarangnya untuk datang. Aku takut dengan tanggapan orang tentang hubunganku dengan Enggar, apalagi Enggar juga seorang aktor. Ingin memarahinya disini juga tidak enak hati.
Barra datang lagi dengan sebuah mobil mewah dan tak lupa memakai jas nikah. Sudah kuduga akan jadi seperti ini. Bagaimana aku mengusirnya di tempat umum lagi.
"Maaf anda siapa ya?" tanya petugas.
"Loh! bukannya kamu laki-laki yang tadi, mau apa kamu kesini! belum puas mempermalukannya?!" bentak Manajer.
"Apa yang terjadi?" tanya Enggar.
Aku maju untuk menghadapinya. "Apa yang kau lakukan sekarang? apa kau gak punya telinga? aku sudah bilang berulang kali, kalau aku, gak SU KA SA MA KA MU!"
"Aku tidak akan menyerah! Aku akan selalu mengejarmu!"
"Apa maksud anda? Datang kemari membuat ricuh, apa mau anda sebenarnya?!
"Siapa dia?"