BELLA DAN JENNY

Ira A. Margireta
Chapter #35

35. Akhir dari semua cerita

Malam ini, rasanya aku ingin menginap di rumah ibu. Sudah setahun ini sejak aku melakukan syuting di pertengahan musim kemarau. Ada rasa rindu yang ingin kulepas. Rasa lelah yang ingin aku hilangkan, beban pikiran yang ingin aku singkirkan. Tapi, namanya juga hidup pasti banyak beban pikiran.

Pukul 7 pagi, mobil berhenti didepan gerbang. Nampaknya ada berita buruk yang datang padaku.

"Kamu disini dulu, biar aku yang turun," kata Manajer.

Ekspresi orang-orang yang melihatku seperti tatapan benci, marah, kesal. Dan kenapa mereka harus berteriak di depan rumah ibuku. Apakah ibu baik-baik saja didalam. Akankah dia merasa cemas? sepertinya Jenny sudah datang lebih awal. Terlihat mobil hitam terparkir di halaman.

Setelah menghadang mereka. mobil masuk halaman dengan selamat. Aku turun dari mobil, dan seketika seseorang melempariku. Saat aku sentuh, telur pecah yang sudah membasahi rambutku. Manajerku melindungiku dengan jasnya dan memaksaku masuk ke dalam.

Di dalam, Jenny terlihat jengkel. Entah siapa yang dia hubungi. David duduk khawatir di sofa yang dulu aku dan Jenny bertengkar.

"Kamu sudah datang." kata David yang kemudian berdiri dengan tersenyum paksa. "Aku masakin kamu makanan."

"Gak perlu, aku ingin istirahat di kamar," kataku yang melemas.

Karenaku, semua orang mengkhawatirkanku. Bagaimana dengan ibu, aku tidak melihatnya di ruang tamu.

Telfon terus berdering. Aku masih duduk menangis di tempat tidur. Karena telingaku sudah panas mendengar suara dering telfon. Akhirnya panggilan tersebut aku angkat.

"Hallo Bella, kamu gapapa? aku dengar sesuatu terjadi padamu? kamu gapapa? aku sama mia lagi di perjalanan, tunggu kami ya," suara ini membuatku seketika melepaskan tangisanku yang kutahan,

"Aku gapapa kok, kalian gak usah kesini," kataku, aku takut menyusahkan mereka.

"Jangan pura-pura baik-baik saja Bell, pura-pura baik-baik saja itu berat, kamu gak mampu. bentar lagi kami juga sampai kok," kata mia.

"Iya, aku tunggu," tepaksa aku menerima kedatangan mereka.


***


Aku keluar untuk menyegarkan otak, karena masalah itu membuat aku tidak nafsu makan. Berat badan mulai turun. Apakah aku harus pensiun?

"Itu kamu kan!" suara perempuan mengagetkanku. Saat aku berbalik dia melempariku sebuah koran. "Dasar wanita jalang! berani-beraninya kamu masih berhubungan dengan suami adikku!" bentaknya. "Dasar tidak tahu malu! Masih berani berkeliaran! sudah gak punya muka kamu!"

"Bagaimana ya, aku sudah tidak mempunyai rasa itu," jawabku membuat dia tambah jengkel.

"Bukankah keluargamu yang memaksa pernikahan ini, hanya karena Adikmu pura-pura hamil, dan Leo menjadi menjadi penutup aibnya,"

"Jaga ya mulutmu!"

"Aku sangat berterimakasih, karena sudah mengekspos diriku, tapi seenggaknya aku tidak bisa dibandingkan dengan adikmu yang murahan itu!" tatapan tajam ini kuberikan padanya sebagai peringatan. Tapi dia malah akan menamparku dan dengan langsung aku memegang tangannya. "Apapun yang kamu lakukan, aku tidak takut sama sekali!" setelah itu aku pergi meninggalkannya di balkon.


***


Tik tok! tik tok! tik tok!

Jam terus berdetak di atas tanganku. Menunggu duduk di ruang tamu.

Tok! Tok! Tok!

Siapa yang datang? Apakah para jurnalis itu? Aku tau itu pekerjaannya, tapi setidaknya jangan terlalu dalam mengusik kehidupanku.

"Bella, apa kamu didalam? Ini aku Kak David."

Ternyata dia, kukira siapa. Langkah kakiku melangkah sampai ke depan pintu, lalu aku membuka pintu.

Kak David langsung cepat aku suruh untuk masuk.

"Ada apa Kak? Jenny gak ada di rumah," jelasku.

Lihat selengkapnya