BELLA DAN JENNY

Ira A. Margireta
Chapter #32

32. Mantan vs calon

Jenny sedang sibuk membawa buah jeruk di tangan kanan dan kiri. Handphone yang diapit di telinganya. Meskipun keluar rumah, gaya fashionnya tidak luntur sama sekali.

"David, hari ini kamu sibuk gak? Hari ini aku mau masak banyak, bisa gak ke apartemenku," kata jenny dalam telepon.

"Ok, aku sudah diperjalanan, kamu tunggu aku depan pintu gerbang saja," jawab David.

"Cepat sedikit, tanganku sudah pegal nih!" kata Jenny kesal. Meletakkan plastik di bawah, lalu mematikan handphonenya. Dan dimasukkan ke dalam tas. Saat mengangkat plastik, buah yang di dalam plastik jatuh. Plastiknya bagian bawah sudah robek.

"Fuhh! Apa aku beli terlalu banyak?" keluh Jenny sambil mengambil jeruknya.

"Jenny," panggil seseorang. Jenny langsung menoleh. "Masih tertinggal 1 jeruk lagi," kata Andrian sambil menyodorkan buah.

"Makasih!" ucap Jenny dengan wajah kesal sambil mengambil jeruk di tangan Andrian.

"Biar aku bantu bawakan," kata Andrian.

"Gak perlu! Aku bisa sendiri!" kata Jenny dingin.

"Jenny!" panggil seorang laki-laki.

"David," wajah Jenny menjadi sumringah.

"Barangnya beratkan, sini biar aku bawakan," kata David dengan mudah mengambil bawaan dari tangan Jenny. Interaksi ini membuat Andrian marah.

"Kamu andrian kan? Andrian naldo, ada apa kamu kemari?" tanya David.

"Kau juga, kenapa kesini?" tanya Andrian balik.

"Aku? aku disuruh Jenny datang ke apartemennya," perkataan David membuat Andrian jengkel.

"Beraninya dia mengundang lelaki asing masuk ke rumahnya," gumam Andrian dalam hati.

 

Akhrinya mereka bertiga telah sampai di depan pintu rumah Jenny. David dan Andrian membawa barang bawaan Jenny. Jenny sedang membuka pintunya.

"Sudah sampai, Pak Andrian bisa berikan barangnya padaku," kata David.

"Gapapa kok, saya tidak keberatan," jawab Andrian, membuat David jengkel.

Dengan terpaksa, Jenny menawar Andrian masuk ke dalam. Karena tidak enak hati mengusir Andrian secara paksa.

"Makasih sudah membawakan barangku, bagaimana kalau sekalian makan dulu sebentar?" kata Jenny.

Dengan langsung, Andrian menyanggupi penawaran Jenny. "Boleh, aku juga tidak sibuk hari ini," jawab Andrian, dia sangat senang dengan tawaran Jenny.

"David, kau temani dia dulu, aku pergi masak," kata Jenny yang sedang mengambil celemek.

Secara terpaksa David memberikan senyumannya. Dalam hati sangat kesal, hari dimana dia ingin berdua dengan Jenny, harus gagal.

"Pak Andrian, silahkan duduk," kata David mempersilahkan. David menuangkan kopi panas yang sudah dibuat oleh Jenny.

"Tuan David sudah mengenal Jenny berapa lama? Sepertinya hubungan kalian berdua terlihat sangat dekat," tanya Andrian. Andrian sangat ingin tau hubungan yang sebenarnya dengan Jenny, jangan sampai pikiran negatifnya itu menjadi kenyataan.

"Tentu saja, aku sudah mengenalnya sejak smp, dan bertemu lagi pada saat dia kuliah di luar negeri, dan juga orang tua kami juga saling mengenal," cetus David.

"Seharusnya sebagai perempuan harus hati-hati dalam memilih, takutnya orang yang bersamanya melukai hatinya," kata Andrian memegang gelas yang berisi kopi.

"Semua orang pasti bertemu dengan orang brengsek, apalagi dia pernah bertemu dengan orang yang seperti itu. Dan orang itu masih terus mengejar Jenny, ku rasa dia tidak punya malu," sindir David, kemudian minum kopi yang sudah hangat.

Tatapan marah Andrian kepada David. Dia sangat berani bermain dengannya.

"Masakannya sudah siap, ayo makan," teriak Jenny yang berada di dapur.

Jenny, David dan Andrian makan bersama. Masakan Jenny menggugah selera Andrian.

"Rasa masakanmu tidak pernah berubah, selalu enak. Dan rasa ikan ini terasa pas di lidah, tidak berlebihan," puji Andrian terhadap makanan Jenny.

"Makasih," ucap Jenny singkat. Jenny tidak selera makan karena dihadapannya ada manusia yang membuatnya jengkel. Tetapi harus memaksakan diri, agar Andrian tidak berburuk sangka terhadapnya.

Lihat selengkapnya