BELLA DAN JENNY

Ira A. Margireta
Chapter #33

33. Pertengkaran

Aku datang ke sebuah pesta pernikahan sahabatku. Hari ini adalah hari spesial buat sahabatku yang telah lama menjomblo, akhirnya mendapatkan suami idaman. Dekorasi yang indah membuatku iri dengan suasana ini.

"Kamu duduk dulu, biar aku yang mengambil makan dan minum," kata Enggar.

"Oke," jawabku. Aku duduk sendirian sambil melihat sekitar. Siska belum ada jawaban sama sekali, apa dia masih dijalan. Apa masih ribet dengan gaunnya?

Mata ini tak sengaja tertuju pada sebuah laki-laki yang paling kubenci. Langkah kaki ini terdengar sangat keras, sepertinya dia menghampiriku. "Bapak Leo Naldo yang terhormat jika kedatanganmu kesini untuk mengejekku, kamu sungguh kekanak-kanakan, lebih baik kamu urusi diri kamu sendiri," kataku lebih dulu.

"Kedatanganku kemari bukan untuk itu," jawabnya yang masih mengelak.

"Bapak Leo Naldo yang terhormat, menurutku jika kita mengobrol berdua seperti ini sangat ngga bagus."

"Apakah kita perlu mengobrol di tempat yang tertutup?" tanya Leo. Kapan otak Leo waras?

"Maaf, aku mau sendirian," jawabku.

"Mohon maaf mengganggu pembicaraan bapak Leo Naldo. aku katakan, sebagai seorang cowok gentle, harusnya ngga boleh maksa melanjutkan pembicaraan, kalau si cewek sudah ngga mau melanjutkan," kata Enggar membuat Leo kesal.

"Bapak Leo Naldo tumben sendiri, ngga bawa pasangan?" tanya Enggar. Sepertinya Enggar bikin masalah.

"Pasangan? pasanganku dipinjam cowok lain, jadi cuman bisa hadir sendirian," jawab Leo. Sepertinya dia menyindirku.

"Benarkah? harusnya pasangan dibawa terus disampingmu. kalau nggak bisa dibawa terus, berarti bukan milikmu!" cetus Enggar.

Enggar menarik tanganku dan kemudian bermesraan dengannya agar tau posisi yang sebenarnya.

"Sengaja melakukannya untuk memperlihatkannya padaku," Leo mengatakan itu padaku dibelakang.

Hari ini aku tidak nafsu makan. Obrolan mereka membuatku kenyang. Memang ini seperti disengaja antara aku, Enggar dan Leo dipertemukan. Dan mereka melihat dramaku di pernikahan. Dasar siska! Gak ada perubahan sama sekali.


***


Enggar aku suruh untuk berada di parkiran. Aku masih sibuk foto dengan Siska dan Mia. Setelah selesai sesi pemotretan, aku menuju ke lift. Saat pintu lift terbuka, tiba-tiba pintu lift terbuka. Ternyata Leo yang membuat pintu lift terbuka.

Aku menghela nafas dan mulai sibuk dengan handphoneku.

"Sendirian," ucapnya.

Aku mengabaikannya, tetap fokus dengan handphoneku.

"Segitunya kamu mengabaikan aku... aku lihat kamu sama dia sangat bahagia..."

"Kenapa dengan orang ini? apa dia sedang mencurhatkan isi hatinya? dasar," kataku dalam hati.

Karena dia terus melanjutkan curhatan hatinya, maka aku harus menghentikannya. "Kalau mau dalang bukan disini tempatnya."

"Apa maksudmu?"

"Entah kenapa omonganmu itu seperti ungkapan yang tak bermakna. Seperti kau menyalahkanku. Denger ya Leo, sudah berapa kali aku mengatakan kalau kita sudah tidak ada hubungan sama sekali."

"Kan aku cuma-"

"Udah cukup, pekerjaanku banyak, gak selalu mengusik kehidupan orang!"

Lihat selengkapnya