Naya duduk di meja belajarnya, layar laptop terbuka dengan jendela dokumen kosong yang menunggu untuk diisi. Semangat menulisnya kembali membara setelah pesan-pesan dari grup penulis yang menguatkan dirinya. Ia mulai mengetik dengan cepat, menata kata demi kata yang terasa begitu mengalir. Namun, meskipun pikirannya fokus pada cerita yang tengah ia susun, ada sesuatu yang tak bisa ia abaikan—perasaan yang bergelora di dadanya, perasaan yang selalu muncul saat ia sedang sendirian.
Naya memandangi layar laptopnya, menulis tentang kisah dalam cerita yang ia ciptakan, namun tanpa sadar, pikirannya kembali melayang ke masa lalu—ke Reza.
Hatinya berdebar, perasaan yang dulu ia coba lupakan kembali muncul. Reza, pria yang pernah menjadi bagian besar dalam hidupnya. Mereka punya kisah yang tak bisa dilupakan begitu saja. Cinta yang tumbuh dari persahabatan, yang sempat hancur dan kini, entah mengapa, kembali mengusik hidupnya.
Tiba-tiba, ponselnya bergetar di meja. Naya meraih ponsel itu dengan tangan yang sedikit gemetar, lalu membuka aplikasi pesan. Di layar muncul nama yang sudah lama tidak ia dengar—Dian, teman satu kelompok KKN Naya yang dulu sekelas dengan Reza. Naya terkejut saat melihat isi pesan yang dikirim Dian, sebuah foto.
Awalnya, Naya mengira ini hanya foto biasa, mungkin foto acara atau pertemuan teman-teman. Namun, saat matanya melihat dengan seksama, tubuhnya membeku. Foto itu adalah foto Reza. Ia mengenakan kemeja batik rapi, dengan senyum lebar di wajahnya, berdiri di samping seorang wanita. Wanita itu, memakai kebaya berwarna maroon, dia... Risa. Mantan Reza sebelum Naya.
Kehilangan kata-kata, Naya hanya menatap foto itu dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Risa—wanita yang pernah menjadi bagian dari masa lalu Reza, yang pernah menghancurkan hati Reza dengan perselingkuhannya—sekarang sedang berdiri di sana, tersenyum, bersama Reza. Mereka terlihat begitu bahagia. Seolah-olah tidak ada waktu yang terlewatkan sejak terakhir kali mereka bertemu.
Naya merasa dunia seakan runtuh di sekitarnya. Pandangannya kabur, matanya mulai basah, tetapi ia menahan air matanya. Ia mencoba berpikir rasional, tapi perasaan sakit itu terlalu dalam. Kok bisa? Kenapa ini terjadi lagi? pikirnya dalam hati.
Naya mengingat kembali bagaimana Reza datang padanya dulu, setelah hubungan panjangnya dengan Risa berakhir. Reza yang terluka, yang katanya merasa dikhianati oleh Risa yang berselingkuh. Waktu itu, Naya tidak ragu untuk memberikan bahunya, memberikan telinga untuk mendengar, memberikan hatinya untuk menenangkan pria yang ia anggap membutuhkan dirinya. Dan ketika hubungan mereka mulai terjalin, ia merasa seperti memberikan segalanya untuk Reza.
Namun, seperti yang sudah Naya duga, tak lama setelah itu, Reza berubah. Ia pergi begitu saja tanpa ada penjelasan. Ada wanita lain, dan Reza memilih untuk berjalan bersama orang baru itu. Naya, yang merasa dikhianati dan dihancurkan, memilih untuk pergi. Ia tidak bisa lagi bertahan dengan perasaan yang selalu diragukan. Namun, meskipun ia mencoba untuk melupakan, rasa sakit itu tidak mudah hilang.
Setelah lulus, Reza kembali hadir dalam hidupnya. Datang dengan alasan yang sama: merasa menyesal dan ingin memperbaiki semuanya. Naya, yang masih mencintainya, kembali menerima Reza dengan hati yang penuh harap. Mungkin, kali ini, mereka bisa membangun sesuatu yang lebih baik. Tetapi kenyataannya, itu semua hanya ilusi.
Kini, melihat foto lamaran itu, Naya merasa seperti terluka untuk kedua kalinya. Reza, yang dulu berjanji bahwa dia akan lebih baik, ternyata kembali memilih masa lalunya—Risa. Keputusan yang membuat hati Naya terasa hancur.