Pagi itu, Naya bangun dengan perasaan yang berbeda. Matahari pagi menembus celah tirai, memancar lembut ke dalam kamar. Gadis itu duduk sejenak di ranjang, menatap pemandangan dari jendela—udara pagi yang segar setelah gerimis semalam. Ada perasaan ringan yang tak bisa ia jelaskan, sesuatu yang menyentuh di dalam hatinya.
Ia beranjak dari tempat tidur, memulai rutinitas pagi. Berjalan ke kamar mandi, mencuci wajah, dan mengenakan pakaian yang sudah disiapkan malam sebelumnya. Ketika ia keluar dari kamar dan melangkah ke ruang tamu, adiknya, Liya, yang masih duduk dengan santai di sofa, langsung memandangnya dengan tatapan tajam.
Liya menyeringai lebar. "Ada apa sama Kakak? Kok kayaknya beda? Lebih ceria dari biasanya."
Naya menatap adiknya yang sedang asyik bermain ponsel di sofa. "Emang kenapa sih? Aku merasa nggak ada yang aneh."
Liya menurunkan ponselnya dan menatap Naya dengan serius, meskipun senyum di bibirnya tak hilang. "Ayo, jangan bohong. Kakak kelihatan lebih bahagia. Biasanya Kakak suka terlihat... apa ya, nggak ada semangat gitu. Tapi sekarang kayaknya beda banget. Dandan juga lebih rapih, loh!"
Naya terdiam sejenak, sedikit terkejut dengan pengamatan Liya yang tajam. "Emang iya? Aku nggak ngerasa apa-apa. Mungkin karena... ya, mungkin karena Kakak lebih sering mikirin hal-hal positif."
Liya mendekat, kini tampak lebih serius. "Beneran. Aku nggak tahu apa yang berubah, tapi aku bisa ngerasain kalau Kakak lebih ringan sekarang. Jauh lebih baik dari bulan-bulan kemaren waktu buku Kakak terbit. Jangan bilang kalau Kakak punya pacar baru, ya?" Liya menyeringai dengan alis terangkat, tapi ekspresinya tetap penuh rasa ingin tahu.
Naya tersenyum kecil, merasa sedikit canggung. "Hahaha, nggak kok. Cuma... mungkin Kakak cuma merasa lebih baik aja akhir-akhir ini."
Liya menatap Naya dengan ragu, tapi akhirnya mengangguk. "Oke deh, kalau Kakak bilang begitu. Tapi kalau ada sesuatu, cerita aja, ya? Aku suka kalau Kakakku senyum. Dan... maaf soal Kak Reza, karena aku yang kasih tahu Kakak dimana waktu itu."
Naya menatap sang adik yang saat ini menunduk karena menyesal. “Nggak papa, lagipula Kakak juga nggak bisa terus menghindar. Dan makasih udah mau jadi tempat Kakak buat cerita.”
“Iya, Kak. Liya sayang banget sama Kak Naya.”
“Kakak juga sayang kamu. Ya udah, Kakak ke dapur dulu ya.”
Liya hanya mengangguk lalu kembali menatap ponselnya, sementara Naya melangkah ke dapur untuk sarapan. Namun, meskipun masih sibuk dengan rutinitas pagi, pikirannya melayang pada percakapan malam sebelumnya dengan Alverio. Entah kenapa, senyum itu kembali mengembang tanpa bisa ia tahan. Mungkin memang ada sesuatu yang baru dalam hidupnya—sesuatu yang membuatnya lebih bahagia, meski ia belum sepenuhnya bisa memahami apa itu.
Setelah sarapan, Naya memutuskan untuk lebih fokus pada pekerjaannya di toko elektronik. Hari ini, ia merasa lebih siap. Dengan semangat yang baru, ia kembali ke dunia yang lebih sederhana, meski dengan pikiran yang sedikit lebih rumit tentang hubungan, perasaan, dan langkah-langkah kecil yang bisa saja mengubah segalanya.
Setelah sarapan, Naya merasa lebih ringan dari biasanya. Ia melangkah keluar rumah dengan semangat yang tak biasa. Liya memang sudah pergi sekolah, jadi rumah kembali sunyi. Meskipun begitu, ada perasaan hangat yang tetap menemaninya sepanjang jalan menuju toko elektronik tempat ia bekerja.
Sesampainya di toko, Naya disambut oleh suasana yang sibuk. Beberapa pelanggan sedang melihat-lihat barang, dan Kak Lila yang sudah mulai menata produk di rak. Naya segera menggantung tasnya di belakang meja kasir dan mulai membantu pelanggan yang mendekat.
Tapi ada yang berbeda hari itu. Sebelumnya, Naya sering merasa letih dan tidak terlalu bersemangat dalam bekerja, tapi hari ini ia merasa lebih fokus. Ketika membantu pelanggan, ia bisa melayani mereka dengan lebih sabar dan ramah. Sesekali, ia juga berpikir tentang percakapan malam kemarin dengan Alverio, yang membuat hatinya merasa lebih tenang dan percaya diri.
Sekitar siang, saat ia sedang mengganti label produk di rak, ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Alverio muncul di layar.