Malam itu udara terasa lebih sunyi dari biasanya. Hanya suara kipas angin di kamar Naya yang menemani lamunannya, sambil menatap layar ponsel yang belum juga berbunyi. Namun tak lama, notifikasi masuk—nama Alverio muncul di layar, membuat sudut bibirnya langsung terangkat tanpa sadar.
Alverio
Hai, belum tidur?
Kanaya
Belum. Kayaknya semua orang malam ini juga susah tidur. Besok pengumuman CPNS.
Alverio
Iya, deg-degan juga. Padahal logikanya udah tahu hasilnya tergantung usaha kemarin, tapi tetap aja jantung balap
Kanaya
Bener. Aku ngerasa kaya mau ujian ulang. Padahal tinggal buka pengumuman.
Alverio
Besok kamu buka di rumah?
Kanaya
Belum tahu... mungkin. Kenapa?
Alverio
Gimana kalau kita buka bareng? Di cafe tempat biasa. Kayaknya lebih tenang kalau ada temennya.
Naya membaca pesan itu berulang kali, senyumnya mengembang tanpa bisa ia kendalikan. Ia mengetik dengan jari gemetar, lalu menghapusnya. Mengetik ulang. Lalu menghapus lagi. Akhirnya ia mengirim jawaban yang paling jujur:
Kanaya
Oke. Kayaknya bakal lebih menyenangkan begitu.
Alverio
Jam sepuluh? Biar nggak pas jam rame banget
Kanaya
Okei, kalau gitu aku izin dulu sama Kak Lila, nggak masuk kerja dulu besok. Semoga nggak tiba-tiba down servernya ya haha.”
Alverio
Kalau pun down, kita bisa down bareng. Deal?
Kanaya
Deal.