Setelah suasana yang canggung dan terasa tidak nyaman itu, Alverio dan Naya sepakat untuk pulang saja. Mobil melaju tenang membelah jalanan siang yang ramai. Di dalam kabin, hanya terdengar suara musik lembut yang diputar pelan dari radio. Naya duduk diam di kursi penumpang, tangannya menggenggam ponsel yang sejak tadi bergetar.
Pesan dari Reza.
"Aku masih menunggu keputusanmu, Naya. Kalau kamu masih punya rasa, aku akan putuskan semuanya dengan Risa. Kita bisa mulai lagi."
Naya membaca pesan itu tanpa banyak reaksi. Dia beberapa kali menghela napas panjang, sebelum akhirnya memutuskan membalas pesan tersebut. Perlahan, ia mengetik balasan dengan hati yang mantap.
"Maaf, Reza. Aku tidak bisa. Hatiku sudah milik orang lain. Terima kasih atas semuanya. Semoga kamu juga bisa bahagia."
Ia menekan tombol kirim, lalu meletakkan ponselnya di pangkuan. Napasnya terhela lega, seolah beban lama akhirnya lepas dari dadanya. Matanya lalu menoleh ke sisi kanan, memandangi sosok pria yang kini tengah menyetir di sampingnya—tenang, fokus, dan selalu bisa membuatnya merasa cukup hanya dengan keberadaannya.
Alverio melirik sekilas, lalu tersenyum hangat tanpa mengatakan apapun. Naya hanya membalasnya dengan senyum tipis, lalu menatap jalanan di depan.
Setelah melewati kemacetan di jalan raya, akhirnya mereka sampai di depan rumah Naya. Alverio membuka sealt belt nya, keluar, lalu berjalan memutari mobil hingga sampai di depan pintu penumpang, dimana di sana ada Naya yang masih bengong melihat ke depan.
Alverio membuka pintu mobil, saat itu juga Naya tersadar dari lamunanya. “Eh, udah sampai, ya?”
Alverio terttawa kecil. “Udah dari tadi Kanaya. Kamu kenapa? Lagi mikirin apa?”
Naya tak menjawab, dia memilih turun dari mobil, dan berdiri di depan Alverio.
“Nay, aku nggak minta kamu buat jawab sekarang. Aku akan nunggu kamu.”
Lagi-lagi Naya tak bersuara, dia hanya mengangguk kecil.
“Kalau gitu aku pulang dulu, ya. Salam sama bapak, ibu, dan adik kamu.”
“Oke, makasih,” jawab Naya pelan, hampir tak terdengar.
Alverio hanya tersenyum lalu berjalan menuju pintu kemudi mobilnya. Namun, belum sampai ia membuka pintu, gerakannya terhenti.
“Al...”