Ruangan yang kurang lebih berukuran 2x2 meter itu memberikan kesan yang redup. Ditengah ruangan itu terdapat kasur semi double dengan seorang wanita yang terlihat lebih tua daripada umurnya. Air mukanya tidak cerah lagi, ditutupi oleh penyakitnya yang semakin hari semakin bertambah. Dia tau, waktunya tidak akan lama.
Tok tok. Pintu kamar itu diketuk. Saat pintu dibuka terlihatlah seorang gadis, anak dari wanita itu. Gadis itu bernama Ina, Ina Pratiwi. Berumur 17 tahun dan baru saja menyelesaikan ujian nasional. “Ada apa bunda?” Kata Ina sambil mengambil posisi disamping sang bunda.
“Bunda mau bicara serius sama Ina.” Sambil mencoba duduk dengan susah payah kalau Ina tidak membantunya. “Ina beneran gak mau kuliah? Jangan khawatirkan bunda, bunda baik-baik saja kok.”
Ina menggeleng dengan sedikit tersenyum. “Gak papa Ina gak kuliah, Ina mau temenin bunda aja dirumah. Lagian biaya kuliah mahal.”
“Bunda punya simpanan buat biaya kuliah Ina, lagian ayah juga meninggalkan uang yang cukup buat biaya kuliah Ina. Bunda mau Ina kuliah, biar bisa jadi orang hebat yang bisa bikin bunda bangga.” Tangan bunda menggenggam tangan Ina dengan lembut.
“Tapi, Ina mau nemenin bunda aja, Ina gak mau bunda kesepian.” Bunda hanya bisa tersenyum mendengar perkataan tulus anaknya itu.