Air mata Ina sudah kering, tidak ada lagi tetesan yang keluar. Tapi wajahnya masih murung seperti diselimuti oleh awan gelap. Sudah dua hari Ina hanya mengurung diri di kamar bundanya, kadang terisak mengingat bagaimana harinya dengan bunda. Ibu-ibu yang bergantian menjaga Ina merasa khawatir karena dia tidak mau makan.
Sama seperti hari lainnya, setelah merasa lelah mengingat semua kenangannya bersama bunda, dia tertidur. Tapi malam ini berbeda. Ina terbangun pada tengah malam dan teringat tentang surat yang diberikan bunda padanya. Ina membuka laci meja rias bunda, lalu membaca satu-persatu surat itu.
Surat pertama yang dibaca Ina adalah surat bunda untuk dia.
“Maafin bunda, Ina.” Itulah pembukaan dari surat bunda. “Bunda tidak bisa menepati janji bunda dan pergi duluan menemui ayah. Maaf bunda meninggalkan Ina sendirian. Maafkan bunda yang selama ini banyak menyita waktu Ina, karena bunda Ina tidak bisa pergi main sama teman-teman Ina. Bunda tau Ina mau kuliah, tapi karena bunda, Ina jadi mengurungkan niat itu. Sekarang jangan bebani diri Ina lagi, Ina harus memikirkan masa depan Ina. Bunda akan mendukung apapun keputusan Ina yang terbaik. Walaupun Ina tidak bisa liat bunda lagi, tapi bunda masih bisa liat Ina. Bunda akan jagain Ina dari jauh.
Salam sayang, bunda.”
Air mata yang sudah kering kembali menetes dipipi Ina, tetesannya membasahi isi surat bunda. Dengan cepat Ina menghapus air mata itu dan mulai membuka surat kedua, surat dari ayah untuk Ina.
“Halo gadis kecil kesayangan ayah.” Untuk pertama kalinya dalam beberapa hari ini Ina tersenyum. Dia mencoba mengingat ingatan samar tentang ayahnya.”Bagaimana kabar putri kesayangan ayah? Maaf ayah pergi waktu Ina sakit, sebenarnya ayah mau tetap menemani Ina tapi ayah kena marah sama bunda. Bunda bilang biar dia yang mengurus kamu selama ayah pergi. Ayah takut sekali kalau bunda kamu marah.” Dia tersenyum lagi membaca tulisan ayahnya. Ayah sangat sayang sama bunda, jadi ayah gak mau bunda marah sama dia. “Anak gadis kesayangan ayah, jagain bunda buat ayah ya. Nurut sama apa kata bunda dan belajar yang rajin biar jadi kebanggan ayah dan bunda.