Ina : Ikatan Kita

Error 404
Chapter #4

Rumah Baru

Lemari yang dipenuhi oleh baju-baju itu sekarang kosong, berpindah kedalam kardus atau tas. Ina setelah beberapa hari yang lalu memikirkan tawaran tante Mia, akhirnya dia memantapkan diri. Kemarin saat Ina menelfon tante Mia untuk menyetujui tawarannya, tante Mia sangat senang menerima kabar dari Ina dan bersikeras untuk menjemput Ina besok yang ditolak oleh Ina karena menurutnya terlalu mendadak. Perdebatan mereka berlangsung setengah jam lebih tentang waktu penjemputan Ina. Tante Mia yang bersikeras untuk menjemput besok pagi dan Ina yang merasa terlalu mendadak berusaha membujuk tante Mia untuk memundurkan jadwal penjemputan, tapi apa daya, Ina kalah keras kepala dan waktu penjemputanpun hanya bergeser sedikit dari pagi menjadi sore. Besok paginya, Ina langsung mulai mengepak barangnya, tidak banyak yang bisa dibawanya karena kebanyakan adalah barang bunda. Ina mengingat-ingat kembali beberapa tahun belakangan ini, tidak pernah membeli barang atau baju yang diinginkannya untuk berhemat agar dapat membeli obat buat bunda, jarang bermain dengan teman-temannya karna merawat bunda.

Masih banyak waktu tersisa sebelum seseorang menjemputnya, bahkan Ina masih sempat membersihkan seluruh rumah dan merapikannya diri. Waktu menelfon tante Mia, setelah perdebatan yang panjang, tidak bisa menjemput karena masih ada beberapa kesibukan dan mengutus seseorang untuk menggantikannya mejemput Ina. Tapi dia berjanji untuk membuat pesta penyambutan untuk Ina yang ditolaknya mengingat kesibukan semua orang. Mendengar penolakan itu tante Mia hanya berkata “dua bulan lagi kita adakan pesta, yang ini jangan di tolak ya sayang” dengan pasrah Ina mengiyakan kekeras kepalaan tante Mia yang akan menjadi orang tua angkatnya itu.

Ina duduk dikamarnya yang sudah kosong melepas penat setelah bersiap, menunggu seseorang menjemputnya. Tidak lama, Ina mendengar pintu diketuk. Seseorang itu telah datang. Ina bergegas membuka pintu. Seseorang itu, atau lebih tepatnya lelaki itu, sangat tinggi. Ina yang berpostur pendek kesusahan untuk melihat wajah lelaki itu.

“Ini rumahnya Ina ‘kan?” lelaki itu bertanya canggung dengan suara baritonnya. Ina yang sedari tadi bengong kembali tersadar.

“Iya. Silahkan masuk dulu, biar saya buatkan teh.” Ina yang agak canggung bergegas kedapur yang malah ditahan oleh lelaki itu.

Tanpa basa-basi “gak usah repot-repot, lagian mama pesan buat cepet. Mana barang yang mau diangkat? Biar aku tolong angkatin keatas mobil.” Ina menunjuk satu buah kardus ukuran sedang dan sebuah tas sudah terletak di atas kursi tamu. “Cuma ini?” lelaki itu bertanya yang dijawab dengan anggukan oleh Ina.

Semua barang sudah diangkat. Sebelum berangkat Ina sudah memeriksa kembali seluruh rumah dengan seksama. Setelah yakin bahwa semuanya beres, lalu Ina mengikuti lelaki itu kedalam mobil. Sebelum dia masuk, Ina mengingat seusatu...

“Bisa tunggu sebentar.”

“Iya?”

“Saya belum pamit sama buk RT dan yang lain, jadi saya mau pamit dulu sebentar.”

Lihat selengkapnya