Ben & Cori

Steffi Adelin
Chapter #9

9. Ide Cemerlang

Lagu Havana Camila Cabello mengudara dari radio Singapura, menemani dua mantan remaja yang sedang diam-diaman sejak Honda Brio putih Ben meninggalkan kafe 10 menit yang lalu. Mulut keduanya terkunci rapat karena keriweuhan pikiran masing-masing.

Si Supir sedang mempertanyakan kebodohannya karena tidak sempat membikin pria berengsek itu babak belur sebelum membawa Cori menjauh dari Arga.

Sedangkan si Penumpang menyandarkan kepalanya yang berat ke kaca jendela. Ia juga sedang mempertanyakan tindakannya yang bodoh: kenapa ia mau-mau saja diantar pulang oleh 'pria asing' ini? Cori tidak lagi mengenal siapa sosok yang sedang duduk di balik kemudi. Demi Tuhan, sudah 12 tahun dan selama itu, Ben bisa saja berubah menjadi seorang pria tampan baik hati di siang hari dan menjadi pembunuh berantai berdarah dingin di malam hari. Arga membuat pikirannya menjadi irasional!

Desahan kecil Cori terdengar oleh si Supir.

Cori sudah berusaha menepis ingatan tadi dengan segala cara. Namun, pikirannya telah kurang ajar memutar untuk kesekian kali Arga tersenyum penuh cinta pada kakak kelasnya. Tak sadar air matanya mengalir lagi memandangi jalanan yang mengabur.

Lagi-lagi Cori mendesah pelan.

"Kamu ... baik-baik aja?"

"Menurut Kak Ben?!" Cori memutar bola matanya tanpa perlu menoleh. Bukankah pertanyaan tadi tidak membutuhkan jawaban?

"Maaf, nggak peka."

Gadis itu mendengkus pelan.

"Kamu yakin langsung pulang? Nggak mau pergi ke suatu tempat buat ngilangin stres?"

"Emang mau ke mana?"

"Makan, nge-mall, atau ngebolang ke pantai, mungkin?" ucap seseorang yang usia kependudukannya baru beberapa hari di Batam. Padahal ia tak tahu-menahu tentang pulau ini.

Sebut saja Cori sudah tidak waras karena kalimat selanjutnya membuat hati nuraninya menjerit tidak terima.

"Kalau gitu kita ke Ocarina."

Astaga! Apa yang baru saja aku katakan, sih? batinnya menyesal.

"Oke. Kita ke Ocarina. Tapi Cori …,"

"Ada apa?"

Seharusnya Cori menolak Ben! Bukan bertanya ada apa.

"Aku nggak tahu apa itu Ocarina."

Cori tertawa kecil. "Masa nggak tahu? Udah berapa lama Kak Ben tinggal di Batam?"

"Secara teknis, hari ini hari ketiga."

"Apa?!"

"Yep, itu benar." Ben melipat senyum.

"Ngapain ke sini? Dateng ke reuni?"

"Dan untuk beberapa hal lain," sambung Ben.

"Oh." Cori tidak tertarik menggali informasi ‘beberapa hal lain'-nya Ben.

"Cori."

"Apa?"

Lihat selengkapnya